Saturday, December 28, 2013

Muara Enim part 1

Bismillahirrohmanirrohim.
Selamat datang di Muara Enim, sebuah kabupaten kecil yang terletak di daerah Sumatera Selatan. Sebelah utara dari Palembang dan sebelah Selatan dari Bengkulu. Disini kita akan sedikit menggali Kabupaten yang memiliki luas wilayah tidak lebih dari 8000 km persegi ini.

Muara Enim juga merupakan salah satu penghasil batu bara terbaik di Indonesia, selain daerah Lahat dan Tarakan. kalori yang dihasilkan batu bara di Muara Enim ini mencapai 6 kalori, sedangkan di daerah lain batu bara yang dihasilkan hanya berkisar 3 kalori. semakin besar kalori yang dimiliki suatu batu bara, maka semakin bagus kualitas batu baranya. batu bara di Muara Enim ini diangkut dengan menggunakan kerena khusus barang yang memang hanya digunakan untuk mengangkut batu bara dan truk-truk besar. tercatat di Wikipedia bahwa produksi setiap tahunnya mencapai lebih dari 10 juta ton batu bara, kurang kaya apa Indonesia? haha, tapi sayangnya batubara disini entah kemana wujudnya, harusnya sih kalau memang dijual dengan benar, penduduk disini sudah kaya-kaya. tapi kenyataannya.... HA! It's Indonesia~~

Oke, itu prolognya. Jadi untuk postingan edisi kali ini saya bakal ngebahas perjalanan saya ke Muara Enim. tercatat dari tanggal 22-26 Desember saya beserta dua adik saya yang bernama Nidaan Khofiyah (17) dan Qorry Aina (13) ditambah Bude Dewi. Tujuan ke Muara Enim itu ikut seminar, engga deng tujuan utamanya adalah saya ingin menginjakkan kaki saya di bumi yang lain, meskipun masih di Indonesia cuma belum pernah melangkahkan kaki ke daerah Sumatera Selatan. sebenernya sih kesana lebih ke arah silaturrahim ke tante saya yang biasa saya paggil "bunda". beliau adalah seorang notaris yang bermukim disana. ya, lebih tepatnya 'liburan' di akhir tahun. gapapa kan? oke, mungkin suatu hari saya bisa ke sebuah tempat yang jauh dari tempat tinggal saya untuk keperluan yang jauh lebih baik, misal ada seminar atau penelitian atau bahkan bisa mengisi seminar gitu. semoga aja suatu hari nanti. aamiin.

haha, terlalu berlama-lama openingnya, kita lanjut ya ke acara liburan saya kali ini. ya, tanggal 22 Desember itu hari ibu, harusnya dirumah sama ummi, ngapain gitu.. tapi ya karena tiket udah terlanjur di pesen, hasilnya harus berangkat. Alhamdulillah malemnya udah sempet bikin kue kecil, simpel sih tapi rela bagi-bagi?


    Ini kuenya~ ya sangat sederhana kan?

Kita berangkat dari terminal bus rawamangun, ini first time saya pergi jauh dengan menggunakan bus, nunggunya di terminal lagi. kebayang ga barang bawaan yang banyak, koper, plastik-plastik dan tas tentengan menyapa terminal yang sudah penuh sejak pagi. saat kami datang, ternyata bus kami delay (gaya aja biar mirip pesawat) harusnya dateng jam 12 malah jadi jam 13. padahal kami sudah sampai di terminal jam 10.30. menunggu itu memang pekerjaan yang membosankan, beneran. apalagi kalo yang ditunggu ga ngasih kepastian *salah fokus* untung busnya masih ngasih kepastian, dia bakal dateng jam 1 siang. i'm waiting you~ haha.

saya pernah baca statusnya tere liye tentang bagaimana menunggu itu bisa menjadi berbagai macam kemungkinan. ada orang yang menunggu cuma diem kaya kambing conge' ada juga yang menunggu sambil mengamati sekitar ada pula yang menunggu sambil melakukan sesuatu yang berguna. saya berada pada pilihan kedua, saat menunggu bus hadir, yang saya lakukan adalah mengamati sekitar. saya melihat-lihat bagaimana keadaan terminal. dan ternyata saya menemukan banyak hal!




1. Terminal itu merupakan pintu untuk kesempatan mencari kehidupan baru.
saya bener-bener baru sadar kalau di terminal itu banyak orang-orang luar jakarta yang memiliki pengharapan untuk memiliki kehidupan yang lebih layak di jakarta. karena kalau kita fikir, apa aja ada di jakarta. apa sih yang gaada? sekolah yang bagus? ada. gedung-gedung perkantoran dengan karyawannya? ada. tempat hiburan seperti mall, bioskop, tempat wisata? ada. semuanya ada. ya meskipun kurangnya adalah udara yang bersih, tapi kalau kita telaah lebih dalam, coba kita bayangkan menjadi masyarakat desa di daerah, coba mungkin pilihan hidup mereka hanya sedikit. kalau ngga bertani, jualan, jadi pegawai pemerintah. sekitar itu saja, jadi banyak orang yang mencari peruntungannya disini. Jakarta, kota metropolitan, kota seribu warna. jadi bersyukurlah orang-orang yang ada disini, memiliki harapan yang lebih banyak daripada mereka, harusnya sih bisa jauh lebih maju. harusnya..

2. Tempat bagi keberlangsungan kegiatan ekonomi.
gausah jauh-jauh, dengan bayar uang ke travel, travel ngasih ke supir lalu supir menggunakan uang itu untuk kehidupannya kan? ditambah lagi banyaknya orang-orang yang berjualan disini. ini berhubungan dengan poin pertama, dimana "jual apa aja di jakarta laku". ya, sekedar jualan lukisan, poster-poster, makanan ringan bahkan gesperpun laku. saya salut sama para pedagang yang emang sabar banget menjajakan jualannya ke setiap calon penumpang, karena hidup mereka ya digantungin disitu. dan pekerjaan yang lebih ngebuat hati saya nano-nano adalah kuli angkut, jadi kemaren pas turun dar taksi dengan bawaan segambreng, para kuli menghampiri kami dan bergegas membantu kami membawa barang kami ke ruang tunggu. ada sekitar tiga orang dari mereka berlari sumringah. dan segera pergi setelah diberikan uang lima ribu rupiah. ah, hidup keras sekali rupanya.

3. Terminal juga merupakan tempat dimana transfer barang dari suatu tempat ke tempat lain.
yow, banyak orang di terminal yang bawa barang yang amat banyak. sampe berkerdus-kerdus dan saya menyimpulkan isinya adalah barang dagangan. ya, mungkin dagangan dari garut dibawa sama para pedagang untuk di jual di jakarta. seperti itulah.

4. Tempat perpisahan.
pernah nonton ftv gitu ga sih? ngeliat orang dadah-dadah di bus? nah kemaren saya juga liat kaya gitu, suasananya mengharukan banget. dimana ada bapak-bapak yang mengejar-ngejar bus dan anaknya melambaikan tangan. unyu banget ga sih itu kondisinya.. dan yang kaya gitu ga cuma satu dua, tapi banyak. haha gini nih orang yang pernah mudik, yang ga punya kampung, yang gapernah pergi jauh-jauh. tapi itu tetep spesial buat saya. momen yang bakal jadi gambaran jelas sebelum keberangkatan dan akan menjadi energi yang besar untuk orang-orang yang sedang berjuang.

5. Kondisi terminal
kalo kita ngomongin kondisi terminal, you know lah gimana. kotor pasti jadi catetan utama, kamar mandinya bau dsb. ya itu udah biasa. cuma yang saya pikirin bisa ga sih suatu hari nanti terminal tuh jadi tempat yang wangi, bersih macem bandara? insyaAllah bisa. kalau ada yang mau bergerak. cuma itu.
selain kondisi fasilitas, ada hal yang saya soroti lagi, yaitu kondisi orang-orang di terminal. suka lucu ngeliatnya, dengan karakter yang macem-macem mereka disatukan di sebuah tempat ini. ada orang batak ngobrol sama orang sunda, orang jawa ngobrol sama betawi. belum lagi karakter yang berbeda seperti yang suka marah-marah, penipu, pencuri, polos dsb. macem-macem kan? disini ada.

terlepas gimana, saya cukup menikmati tiga jam menunggu, meskipun bosen juga sih. tapi jadi sadar banyak hal-hal kecil yang kadang suka kita lupakan.

Akhirnya bus kami datang, nama busnya Harum. kami bersorak yeyeyelalala. Alhamdulillah gitu ya harusnya.. perjalanan di mulai pukul 13.30, dengan berbekal doa naik kendaraan, bus kami melaju. entah berapa jaraknya yang jelas jauh. perkiraan awal sampai di Muara Enim pukul 5 atau 6 pagi.

sepanjang jalan, yang saya lihat adalah jalan tol dari rawamangun, ke arah jakarta barat lalu ke merak. sebenarnya sepanjag jalan menuju merak saya lebih banyak tidur, mempupuk energi. wkwk. sampai di merak, banyak sekali bus-bus dan truk besar mengantri untuk naik kapal. dan ternyata, pelabuhan tempat penyaluran ekonomi yang boleh jadi amatlah besar, lihat saja truk-truk yang mengangkut berbagai macam barang, entah kemana tapi pasti harganya mahal. haha.



sekitar pukul 17.30 bus kami naik kapal, para penumpang diwajibkan untuk naik ke atas, dilarang stay di bus. karena jika terjadi kebakaran, upaya penyelamatan dibawah pasti sangat sulit. oke, naik ke atas. disana banyak lagi rupa-rupa orang, ya bisa menerkalah bagaimana kondisi didalam kapal. banyak tempat duduk terus ada ruangan-ruangan khusus berbayar. ada kelas ekonomi, bisnis dan eksekutif. yang ekonomi gratis, selebihnya ruangan ac yang bayar. saya jadi ingat bukunya Andrea Hirata, kalo gasalah di Maryamah Karpov. disana digambarkan kalau Ikal menaiki sebuah kapal menuju Belitong dengan perjalanan yang tidak sebentar dengan kondisi kapal yang kotor dan bau. ditambah ia tidak mendapat tempat duduk dan harus bertahan demi pulang ke Kampung halamannya. aih, buat saya itu romantis. perjuangan menjemput rasa rindu yang besar {}. nah, saya aja yang cuma dua jam perjalanan dan duduk di kursi, ditambah ruangan ac masih aja ngerasa pusing, kapalnya goyang-goyang sih... *yaiyalah namanya juga bergerak* saya ngebayangin gimana Ikal harus bertahan. haha. ya begitulah hidup tak ada cinta tanpa perjuangan yang gigih.

oiya, karena waktu sudah menunjukkan waktu magrib, saya sama Qorry sholat ke lantai atas. mushollanya cukup bagus menurut saya, mungkin bisa menampung seratus orang dan ada ACnya, haha. saat sholat, ketemu seorang kakak berjilbab, wajahnya teduh gitu. waktu bingung harus gimana sholat jama kalo berjamaah, beliau memberitahukan untuk ikut aja. terus selesai sholat saya sksd deh, ternyata kakak itu kuliah di UI loh, haha semester 5. jurusannya psikologi, dan mau pulang ke Padang. ciyee anak rantau. katanya abis UAS, jadi pulang deh. mungkin gitu ya kalo jadi anak rantau..... kangen rumah.
abis itu nyempetin diri al-ma'tsuratan bersama angin malam dengan pemandangan lautan yang luas, hitam warnanya ditutupi gelap malam. itu rasanya super sekali. cobain deh.


    asik banget malem-malem ditemani sepoi angin


    namanya Qorry, didalam kapal

begitu balik ke tempat duduk, eh ternyata ada live musik dangdut-__- "yo bang nyawer-nyawer.." haha apapun dilakukan demi uang.:"" karena ga berisik. akhirnya saya dan yang lain keluar dan mencari udara segar di laut, ya. melihat laut kadang membuat hati jadi lebih damai. deburan ombak yang lewat berbunyi menentramkan hati. oiya ada info penting, waktu lagi liat laut saya ngeliat ikan lagi loncat-loncat loh. itu amazing! secara dari dulu, waktu kelas 1 SD saya pernah nulis di buku harian saya kaya gini "Silmy hari ini ke Lampung naik kapal, silmy padahal pengen banget liat lumba-lumba di kapal. ditunggu-tungguin lumba-lumbanya ngga muncul-muncul.." lucu ya, waktu SD emang udah suka nulis gitu, dan kemaren akhirnya ketemu sama ikan pas di laut. mungkin suatu hari nanti ketemu lumba-lumba. aamiin.

ngomongin deburan ombak, saya jadi mikir kehidupan kita. saya mengibaratkan kehidupan kita berlalu amat cepat, secepat deburan ombak yang mengenai kapal, berbuih dua detik lalu hilang. ya, begitulah hidup. kalau kita melihat kenangan semasa kecil, rasanya baru kemarin bukan? mungkin itu juga akan kita rasakan saat sudah tua nanti. rasanya baru kemarin saya masuk kuliah, lulus SMA. seperti jejak yang ditinggalkan, semoga kelak saat kita buih kita habis waktunya, ada yang tersisa. bukan hilang tanpa memberikan apapun. saya hanya meminta kepada Allah agar menjadi hamba yang baik dan bisa terus bermanfaat. dan semoga jika Ia meridhoi, saya bisa menduduki surga-Nya. aamiin ya Rabb.
Hidup, ia berlalu secepat buih di laut. banyak namun siapa yang tahu bagaimana akhirnya?

Sampai di pelabuhan Bakauheuni, Lampung sekitar jam 8 malam. lalu bus melaju menyusuri jalur lintas Sumatera. saya ngerasa kalau jalur lintas sumatera itu seperti tak berakhir. panjang.. setiap bangun dari tidur, rasanya jalanan sama semua, ga sampe-sampe gitu. ditambah AC bus yang mati, akhirnya menunggu perbaikan dulu. lama.... gitu. dan sampai di Muara Enim jam 12.30. jadi total perjalanannya adalah 23 jam 30 menit. selamat, lama sekali rasanya.

sebenernya agak nyesel ketika di jalan malah didominasi sama tidur, karena banyak sih yang bisa diliat. misalnya pemandangan hutan-hutan, rumah penduduk yang rata-rata rumah gadang, sungai yang mengalir, sawah-sawah. tapi apa daya, mata mengantuk dan tertidur. sampe ga sadar kalo ada bus yang kecelakaan-_- pesen buat temen-temen yang mau perjalanan, mungkin lebih stay mata yang tahan memandang sekitar, jangan tidur melulu. hehe/

Alhamdulillah ketika sudah sampai, rumah bunda yang asri banyak pohon ngebuat istirahat kita maknyus. ditambah makan siang yang langsung disediakan pindang, pempek dan tekwan. pindang itu ikan patin dikasih  kuah gitu, rasanya asam manis pedes. katanya ini khas sumatra. kalo pempek sama tekwan pasti taulah ya, rasanya enak. hehe. malam harinya ada duku dan durian. duku kan khas palembang. dan durian... lagi musimmya. nyeeem~

 
     Ini namanya pindang, dijamin enak:)


durian~~

hari pertama kedua selesai. di akhiri dengan bobo cantik di kamar yang bersebelahan dengan rel kereta api pengangkut batu bara. kadang, jendela ikut bergetar saat kereta melintas.

segini dulu yaa ceritanya. part 2nya saya bakal cerita tentang apa aja yang ada di muara enim. InsyaAllah.


    ini cuplikan untuk muara enim part 2.

namanya perjalanan, selalu punya kesan, cerita..
namanya perjalanan, menimbulkan lelah yang bahagia
namanya perjalanan, membuat kita semakin kaya.
namanya perjalanan, menyadarkan kita bahwa ada yang Maha Kuasa.

Subhanallah.

dini hari,
silmy kaaffah


Sunday, December 8, 2013

Sesederhana Itu

Pagi itu aku, Ka Ewin dan Ka Netra baru saja meluruskan kaki di kamar, usai menyelesaikan sarapan kami mulai bercerita. Ka Ewin bercerita heboh tentang murid privatnya yang aktif dan menggemaskan. Sebut saja namanya Asma, saat itu ka ewin sedang duduk berhadapan dengannya lalu si Asma bertanya “Kak, nama sahabat kakak siapa?”
Ka ewin pun menjawab “Kenapa Asma?”
“Gapapa kak, ayooo siapa kakk?”  tanyanya lagi penuh antusias.
“Hmm, siapa ya.. Syifa!” jawab Ka Ewin.
Lalu dengan cepat Asma menuliskan nama Ewin nama Ewin lovesyifa dilengan kirinya. Dilanjutkan dengan menuliskan nama Asma love Rian di ujung lengan kirinya. Dan menutupinya dengan rambut yang tergerai panjang.
“Hayooo, nulis apa Asma?”
“Engga apa-apa kok kak. Engga apa-apa~” ujarnya minta diperhatikan.
“Itu Asma love siapa ituuu?” ka ewin menggoda Asma.
“Ada deh. Hehehe. Ka Ewin, kakak pernah suka sama seseorang gak?”
Ka Ewin terdiam. *Bagaimana cara menjawab pertanyaan ini kepada anak kelas  5 SD?* lalu ka ewin tersenyum “Pernah kok. Hehe. Kenapa hayo Asma?”
“Iya, aku suka sama temen aku namanya Rian.” Ujarnya membuka rahasia yang tadi ia tutup-tutupi.
“Kenapa kamu suka dia?”
“Karena orangnya baik. Terus dia rajin sholat kak..” ucapnya malu-malu.
“Loh kok kamu tau kalo dia rajin sholat?”
“Iya, soalnya pas istirahat kadang aku suka meriksain bukunya Rian kak, terus mutabaahnya penuh sholat wajibnya. Makanya aku suka sama dia.”
Ka Ewinpun tersenyum menggoda “Jadi kamu suka iseng ngeliatin dia yaa?”
Asma mengangguk menambahkan “Iya, kadang kalo aku duduknya dibelakang aku suka liatin dia terus kalo dia ngeliat aku, aku pura-pura nunduk deh kak..”
“How if he doesn’t like you?”
“Yaudah gapapa. Kan ini perasaan aku, kalo dia gasuka aku ga maksa dia untuk suka sama aku. Yang penting aku suka sama dia.”
“Terus kalo dia ternyata juga suka sama kamu?”
“Yaudah juga kak. Palingan aku Cuma seneng.”
“Lalu?”
Aku gamau pacaran kak, tapi aku mau sekolah yang rajin dulu sampe nanti kalo udah besar baru deh Rian boleh ngajak aku nikah.” Jawabnya polos dan jernih.
“.....”

Sesederhana itu. Sungguh sesederhana itu harusnya kita memaknai rasa suka yang ada di hati kita. Dari seorang anak kelas 5 SD, yang mungkin masih belum mengerti apa artinya cinta. Ia menjawab dengan jujur apa yang ia rasakan. Dan ia tahu betul harus ia apakan perasaan yang ada didalam hatinya itu.

“Jika memang ia tidak suka, yasudah. Ini urusan perasaanku, aku ngga maksa dia suka sama aku.” buat saya ini sungguh perkataan dewasa, lebih dewasa dibanding dengan fenomena sekarang yang terkesan “memaksakan” cinta pada siapapun itu. Tidak perlu khawatir dan cemas jika orang yang kita sukai tak menyukai kita. Karena kita menyukainyapun dengan ikhlas, tulus.

Dan tak perlu berbahagia berlebihan saat orang yang kita sukai ternyata juga menyukai kita. Jika memang ia menyukai kita, lalu apa? Mau pacaran? Lalu jika bertemu dengan orang yang lebih baik rupanya, sifatnya lalu kita putus dengan dia dan berpindah ke lain hati? Rasanya, untuk setia di kamus para remaja hari ini sulit, apalagi tak ada komitmen kuat dalam menjalani hubungan yang terlalu dini itu. Ya, fenomena remaja era milineum.

Mengubur makna asli cinta, merubahnya menjadi sesuatu yang cukup dengan sebuah status bahwa “kita jadian”. Menggeser makna asli sayang dengan kata-kata “I love you.” Tanpa mengkaji lebih dalam, apa iya benar-benar suka? Apa iya benar-benar sayang? Atau boleh jadi kita hanya kagum karena wajahnya begitu memesona, kata-katanya membuat kita tergoda.

Saya juga banyak belajar dari kisah Ka Ewin, menjadi seorang anak yang apa adanya masalah perasaan. Tulus dan jujur, maka pada waktunya ia akan datang sendiri dengan cara yang bijak. Bisa dengan seseorang yang kita harapkan, bisa juga tidak. Karena kita tak akan pernah tahu, hati dimana ia akan berlabuhnya.

Maka jaga kehormatan perasaan dengan menyimpannya dengan ikhlas. Bukan membunuhnya, tapi mengelolanya dengan bijak. Menjaganya dengan pemahaman yang baik agar tiba di tujuan yang baik.  

Ya, mungkin lebih sulit mengelolanya, sulit menjaga agar hati tak mencemaskannya.  Agar hati tak cemburu. Agar tak memberitahunya. Tapi yakin sajalah, dengan begitu maka perlahan hatimu akan tahu dan semakin memahami hakikat cinta yang sesungguhnya.

*berkaca, temukan dimana dirimu.*


-waktu ashar, 08 Desember 2013-