Thursday, July 23, 2015

Masih Kepengen

Bismillahirrohmanirrohim,
Halo apa kabarnya? (kaojan style banget haha)

Hari ini hari yang cukup luar biasa. Hari ini aku kembali diingatkan tentang mimpiku (dulu) haha
Embah Kakung sakit, bonggol tulang paha bagian kanannya mengalami fraktur akibat terjatuh sekitar tujuh bulan yang lalu. Selama empat bulan kebelakang, embah tidak dapat melakukan apa-apa, hanya terbaring lemas di kasur. Sedih, iya. Sampai akhirnya dapat panggilan operasi penggantian bonggol dengan implan yang rencananya akan dilaksanakan hari senin, 27 juli 2015.

Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, tempat embah di rawat. Katanya, kasus embah itu 'special case' karena patahannya terjadi di daerah yang tidak biasa serta umur yang sudah mencapai 80 tahun lebih. Hari ini, untuk pertama kalinya aku melihat bagaimana cara dokter bekerja. Pagi-pagi sekitar jam setengah 7, belasan dokter (mungkin calon dokter spesialis ortopedi) masuk ke ruangan. Mereka memegang gadget mereka masing-masing, memperbesar foto kondisi kaki kanan embah sambil bercakap-cakap mengenai kasus embah. Sebagian aku mengerti bahasanya, sebagian lagi tidak. Disana, ada satu dokter senior yang menjadi konsultan, dokter-dokter muda yang mungkin sedang praktik bertanya dari A sampai Z. Semua kejadian di runut, di lihat kondisi tubuh secara luas.

Embah lalu menjalani pemeriksaan lagi, rontgent kaki dan toraks, echo yang ternyata adalah USG pada jantung. Aku melihat alat-alat canggih kedokteran, dalam hati aku bertanya "Kok bisa ya cuma ditempeli alat kaya gitu aja bisa kegambar bagaimana posisi jantungnya. detaknya dan apakah jantungnya normal atau tidak. 

Menghirup aroma rumah sakit. Bau obat. Bau orang-orang sakit.

Rasanya, masih seperti dulu. Masih ingin menjadi salah satu bagian dari dokter-dokter itu.
Dulu, aku ingin menjadi dokter karena aku ingin pergi ke Gaza, ingin menjadi dokter yang mengoperasi patah tulang para mujahid yang berjuang. Mimpiku menjadi seorang dokter spesialis ortopedi, yang katanya adalah bengkel manusia. Keren aja ngeliatnya, nyatanya emang keren. Saat tadi dilakukan traksi pada tulang kering embah, aku melihat dengan seksama bagaimana cara membius, menusukkan jarum hingga akhirnya kaki menjadi kebas. Aku melihat dengan jelas bagaimana dokter itu menyayat kaki embah lalu mulai mengebor tulang, cukup berat karena tulang embah sudah mengalami pengerasan akibat imobilisasi, di bor terus sampai besinya menembus tulang dari kiri ke kanan. Lalu memasangkan beban sekitar 5 kg di kakinya. Katanya agar otot yang memendek jadi lebih rilex sehingga memudahkan operasi.

Ah iya, seru sekali sepertinya. Dalam hati kecilku masih bilang "Pengen"
Aku masih gemetar melihatnya, seandainya saya bisa menjadi seorang dokter....
Tapi masa depanku bukan lagi dokter.
Kadang, kita harus ikhlas merelakan apa yang selama ini terbayang begitu menyenangkan. Kadang..

Maka, belajarlah kembali menjadikan mantan mimpi itu sebagai pecutan diri supaya bisa jadi anak kesmas yang luar biasa~

salam,
silmy

Sunday, July 19, 2015

Dear kamu yang masih berjuang..

Kadang kita merasa takdir tidak memihak kita dengan baik.
Kadang kita bertanya "Mengapa harus sesulit ini?"
Kadang kita berpikir "Apakah saya sebodoh ini?"
Kadang kita ingin menyerah, menyudahi perjuangan ini.

Selalu banyak pertanyaan muncul disetiap pengumuman, mengapa jawabannya masih saja selalu tidak? Apa yang kurang? Rasanya saya sudah benar2 berjuang. Salah dimana ya Allah?

Dear kamu,
Mungkin kamu sudah lelah ditanya.
Mungkin kamu ingin melipir aja sendirian tanpa perlu merasa terganggu.
Mungkin kamu ingin menghilang, lenyap dari muka bumi.
Iya, mungkin. Manusiawi kok.

Tapiiiiiii percayalah bahwa ini salah satu cara-Nya untuk mendidik kita jadi manusia yang jauh lebih kuat, lebih memiliki pemaknaan yang berbeda dari teman2 kita, lebih mengenal apa artinya 'berjuang', lebih dekat dengan Tuhan.
Karena pengalaman hidup harganya lebih mahal dari apapun.

Allah telah memilih kamu. Ga semua orang dikasih kesempatan seperti ini.
Maka, jangan di sia-siakan. Selamat berjuang (kembali)
Jangan pernah berhenti berjuang sebelum benar2 buntu untuk berjuang. Karena kita ga pernah tau dimana jodoh kita berlabuh.

Buat yang sudah menetapkan hati untuk ngeronin lagi, gaada kata lain yg bisa terucap selai "se-ma-ngat" kamu akan melalui masa2 luar biasa setahun kedepan. Bermanfaat atau tidaknya, kamu yg menentukan. Selain ronin, kamu bisa mengisinya dengan hal2 yang bermanfaat seperti mengajar, berbisnis, ikut organisasi nonprofit, menghafal al-quran dsb.

Buat yg masih berjuang ikutan ujian-ujian mandiri.. kalian harus jauh lebih semangat ya. Jangan berhenti belajar karena ngerasa udah jenuh. Mending maksain belajar sekarang daripada nunda lagi tahun depan kan? Temen saya ada kok yang di ujian ke-10 baru dapet jurusan yang dia mau. Jadii jangan buang-buang waktu lagi. Ambil buku, baca dan kerjain soal lagi dan lagii. Huahaha semangat gengs!

Buat yang memutuskan kuliah di swasta juga, selamat berjuang! PTN bukan segala-galanya. Masuk PTN ga menjadikan kamu jadi lebih tinggi dan besar. Masuk PTN ga menjamin kamu bakal jadi lebih baik. Masuk PTN juga ga menjadi tolak ukur kita diberkahi. Banyak orang sukses juga lahir bukan dari PTN terkemuka. Semua balik lagi ke kamu, maksimalkan belajarnya, jadilah yg terbaik disana.

Saya bisa ngomong seperti ini karena saya pernah merasakan rasanya. Pahit emang, tapi rasa pahit itu kita yang menentukan, akankah tetap pahit atau akan berubah jadi manis?

Percayalah saat kita berjuang untuk kebaikan, akan ada tangan-tangan yang tak terlihat yang akan membantu kalian. (basi sih, tp jangan berhenti percaya plis)

Semoga setiap usahanya selalu diberkahi.

Kakakmu, yang dulu pernah ngerasain pahitnya ditolak 10x :)
----------------------
Silmy kaaffah
FKM UI 2014

Sunday, July 12, 2015

Allah akan Selalu Memberikan Kesempatan

 

Menghitung hari menjelang kepergianmu.

Aku tak sadar bahwa kamu berjalan begitu cepat. Hari-hari yang ku lalui di bulan ini memberikan banyak hikmah. Aku menjalani bulan ini dengan segala pasang surutnya. Allah sudah beritahu kalau iman kita memang naik turun. Namun yang tak aku sangka adalah bahwa Allah selalu memberikan kesempatan untukku kembali menikmati nikmatnya Ramadhan meski aku berkali-kali tak terlalu serius menjalaninya.

Aku ingat, di awal Ramadhan, semangatku menggebu. List target aku tempel di dinding. Aku sangat optimis bisa mencapai target-targetku. Namun, baru lima hari berjalan, semangatku mengendur. Aku mulai malas-malasan, shalat tarawih sekenanya, tahajjudpun mepet-mepet, tilawah hanya mengejar target satu juz sehari. Aku mulai sibuk mengelist agenda-agenda bukber yang mungkin dapat aku ikuti.

Di pertengahan Ramadhan, aku kembali berpikir bahwa ternyata ramadhan sudah berjalan setengah jalan. Ah iya, aku baru sadar. Kembali ku kuatkan tekadku untuk memanfaatkan sebaik-baiknya. Kembali aku serius mendengarkan ceramah-ceramah sebelum shalat tarawih dan selesai shubuh. Aku kembali menikmati shalat tarawihku, menyimak imam membaca surat-surat hafalannya begitu tenangnya. Tapi, lagi-lagi aku ingkar pada diriku. Beberapa hari usai menguatkan tekad, aku harus menjalani UTS karena aku mengambil semester pendek. Lagi-lagi aku lalai, lupa akan target-targetku.

Lalu tiba-tiba saja Ramadhan tinggal empat hari lagi. enam hari ke belakang, ternyata Allah masih memberikanku kesempatan untuk beritikaf sebanyak tiga kali. Setelah aku memperlakukan Ramadhan seperti itu, ternyata Allah masih masih memberikanku kesempatan. Memberikan kesempatan mendirikan qiyamullail, menyimak imam membaca satu juz. Aku gemetar, nikmat sekali bisa mendirikan sholat di tengah malam secara berjamaah. Nikmat sekali saat bisa perlahan memaknai ayat per ayat yang dibaca meskipun aku tidak tahu artinya. Mendengarkan intonasi imam saat ada ayat-ayat tentang azab, hati ini ikut bergetar dan menangis. Mengamini doa qunut selepas witir. Dan sebuah rasa yang mungkin tak setiap sholat kita dapatkan, ketenangan.

Mungkin ini adalah salah satu mukjizat Ramadhan.
Membangunkan jiwa-jiwa yang sudah lama tertidur.
Menyiram ruh-ruh yang selama ini kering.
Membuat hati kembali bergetar mendengar ayat-ayatnya.
"Ramadhan itu luar biasa bagi orang yang mau memaknainya."

Tak terasa dalam hitungan empat hari kedepan ia akan pergi. Tinggal bersisa dua malam ganjil, 27 dan 29. Akankah Allah memberikanku kesempatan kembali untuk mengisinya dengan utuh?
Dengan penyerahan diri seorang hamba?
Dengan pemaknaan tentang kehidupan serta
Dengan mengisi daya untuk setahun kedepan?

Allah, tolong berikan kesempatan itu kepada kami.

Hambamu yang masih lemah meniti jalanmu,
Silka
Ramadhan, 1436 H