Assalamualaikum, hai blog.
alkisah, kekecewaan itu pasti menghampiri kita, tidak ada seseorangpun yang ga pernah ngerasain kecewa. well, hari ini saya mendapatkan sebuah pelajaran lagi. tentang keikhlasan dalam berdakwah, meski sulit. kalau kata Kak Ria "Ngga selamanya air susu dibalas sama susu, ada kalanya dibalas sama air tuba," Why? Ketika kita punya maksud baik, tidak semua orang bisa menilai itu baik. sebagai Da'i mestinya kita siap apapun yang akan terjadi, akankah di respon positif atau negatif. sadar tidak sadar, secara tidak langsung saat kita sudah mulai bergerak, mengajak dan menyampaikan saat itulah ada dua resiko yang akan terjadi. satu diterima, dua ditolak. simpel bukan? tapi dalam pelaksanaannya tidak pernah semudah itu.
Ada kalanya, sakit menghampiri dan mungkin bagi orang yang menyakiti itu ngga terasa. ya, oke sekarang saya akan mulai bercerita.
Pagi ini, ada kegiatan tadarus di sekolah, seperti biasa kita sweeping dan mulai mengatur tempat duduk, sampai pada acara tausiyah. seorang akhi dari kelas XIIS1 berdiri dan menyampaikan beberapa ayat. Tausiyahnya subhanallah, dengan dalil-dalil pelengkap bacaan. namun, ada bagian dimana ia menyinggung tentang bagaimana jangan menjadi orang munafik, lebih baik emang bandel daripada munafik. apa yang dikatakannya benar, ngga salah sama sekali. well, meski beberapa dari teman saya agak sedikit tersinggung, kita coba berpositif thinking saja, mungkin ia memang dengan hati menyampaikannya.
lanjuut, sampai tiba waktu sholat Jum'at, hari ini akhwatnya keputrian sementara para ikhwan sholat. aku sweeping, bersama beberapa orang teman, terlihat banyak ikhwan yang malah menuju gerbang binawan, padahal azan telah berkumandang. lalu, aku berlari mengejarnya "Adek, sudah azan, sholat jum'at dulu ayo,"
saat ituah, pembuktian bahwa dalam mengingatkan selalu ada dua pilihan, ditolak ataupun diterima,
saya diam sebentar, sang akhi menjawab "Ngga ah kak, kita sholat diluar aja.." dengan muka datar ia melangkah semakin jauh.
meski bukan sekali dua kali saya mendapat perlakuan seperti ini, saya menggarisbawahi, pilihan akhi itu adalah menolak ajakan saya. lalu apakah saya harus marah dan kesal?
melihat kondisi sedemikian rupa, tiba-tiba akhi yang menyampaikan tausiyah tadi pagi lewat, teman saya berkata "Akhi, tolong ingetin teman-temannya untuk Sholat Jum'at,"
Ia justru tertawa dan merentangkan tangannya "Yok, ayok sholat semuanya! Sholattt! ujarnya dengan muka meledek, sampai ada seorang mbak-mbak diajak sholat.
aku beristighfar dalam hati. "Sungguh perih azab Allah, apabila kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan,"
lagi, apakah saya harus mengumpat dalam hati? tidak menerima perbuatan orang itu?
saya berjalan ke atas, "Aku ingin mengurus keputrian saja," ucapku pada Septi dan Lady.
lalu temannya septi lewat dan septi memimtanya untuk mengajak teman-temannya sholat jum'at, ia menjawab "Sholat ngga sholat itu urusannya dia, hak dia mau sholat apa engga,"
untuk masalah terakhir ini, aku cukup sangat dan sungguh prihatin. Iya benar, sholat adalah kewajiban individu, kalau setiap orang sadar tidak perlu diingatkan lagi untuk sholat, alangkah berbahagianya pemimpin negeri itu. namun kita hidup di Indoensia yang orangnya heterogen. saya tahu tidak semua orang bisa menerimanya, tapi menyampaikan adalah sebuah kewajiban bagi seorang muslim.
panas bukan? lebih panas api neraka. Saya takut. terkadang rasa lelah menghampiri, terkadang fikiran-fikiran untuk berhenti menggoda, terkadang rasa kesal dan ingin meledak menyertai. tapi kembali lagi, apa yang akan saya dapat jika saya berhenti? jika saya mengajak, mau bagaimanapun jawabannya, ada usaha meski sedikit, ada pahit manisnya. pahit jika ditolak dan manis jika diterima.
lagi, kembali ke masalah ikhlas.ia memberi pedoman untuk setiap rasa kesal di hati. ia mengingatkan kita, bahwa sikap ini, hujatan ini, derita ini kita terima karena Allah. seperti kata Rai, "Urusan kita hanya mengajak, mau bagaimanapun hasilnya ya terserah,"
itulah definisi ikhlas yang secara tidak langsung menghantui saya sejak tadi. ya Allah, ikhlaskah hamba di jalan ini?
malam, usai pulang NF, saya mendapat kabar murid ibu saya meninggal, umurnya baru sekitar 30-an, kena stroke katanya. jantungku berdetak kencang, segera saja kami mentaksziahinya.
sampai disana, yang kutemukan luar biasa, aku mengerti ujung dari semua perjalanan hari ini. tidak jauh, sesungguhnya kematian itu dekat dan janji Allah itu pasti.
semanagat mengingatkan terus.
karena jalan dakwah tidak pernah tidak bergerigi
-Silmy Kaaffah
21 September 2012
alkisah, kekecewaan itu pasti menghampiri kita, tidak ada seseorangpun yang ga pernah ngerasain kecewa. well, hari ini saya mendapatkan sebuah pelajaran lagi. tentang keikhlasan dalam berdakwah, meski sulit. kalau kata Kak Ria "Ngga selamanya air susu dibalas sama susu, ada kalanya dibalas sama air tuba," Why? Ketika kita punya maksud baik, tidak semua orang bisa menilai itu baik. sebagai Da'i mestinya kita siap apapun yang akan terjadi, akankah di respon positif atau negatif. sadar tidak sadar, secara tidak langsung saat kita sudah mulai bergerak, mengajak dan menyampaikan saat itulah ada dua resiko yang akan terjadi. satu diterima, dua ditolak. simpel bukan? tapi dalam pelaksanaannya tidak pernah semudah itu.
Ada kalanya, sakit menghampiri dan mungkin bagi orang yang menyakiti itu ngga terasa. ya, oke sekarang saya akan mulai bercerita.
Pagi ini, ada kegiatan tadarus di sekolah, seperti biasa kita sweeping dan mulai mengatur tempat duduk, sampai pada acara tausiyah. seorang akhi dari kelas XIIS1 berdiri dan menyampaikan beberapa ayat. Tausiyahnya subhanallah, dengan dalil-dalil pelengkap bacaan. namun, ada bagian dimana ia menyinggung tentang bagaimana jangan menjadi orang munafik, lebih baik emang bandel daripada munafik. apa yang dikatakannya benar, ngga salah sama sekali. well, meski beberapa dari teman saya agak sedikit tersinggung, kita coba berpositif thinking saja, mungkin ia memang dengan hati menyampaikannya.
lanjuut, sampai tiba waktu sholat Jum'at, hari ini akhwatnya keputrian sementara para ikhwan sholat. aku sweeping, bersama beberapa orang teman, terlihat banyak ikhwan yang malah menuju gerbang binawan, padahal azan telah berkumandang. lalu, aku berlari mengejarnya "Adek, sudah azan, sholat jum'at dulu ayo,"
saat ituah, pembuktian bahwa dalam mengingatkan selalu ada dua pilihan, ditolak ataupun diterima,
saya diam sebentar, sang akhi menjawab "Ngga ah kak, kita sholat diluar aja.." dengan muka datar ia melangkah semakin jauh.
meski bukan sekali dua kali saya mendapat perlakuan seperti ini, saya menggarisbawahi, pilihan akhi itu adalah menolak ajakan saya. lalu apakah saya harus marah dan kesal?
melihat kondisi sedemikian rupa, tiba-tiba akhi yang menyampaikan tausiyah tadi pagi lewat, teman saya berkata "Akhi, tolong ingetin teman-temannya untuk Sholat Jum'at,"
Ia justru tertawa dan merentangkan tangannya "Yok, ayok sholat semuanya! Sholattt! ujarnya dengan muka meledek, sampai ada seorang mbak-mbak diajak sholat.
aku beristighfar dalam hati. "Sungguh perih azab Allah, apabila kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan,"
lagi, apakah saya harus mengumpat dalam hati? tidak menerima perbuatan orang itu?
saya berjalan ke atas, "Aku ingin mengurus keputrian saja," ucapku pada Septi dan Lady.
lalu temannya septi lewat dan septi memimtanya untuk mengajak teman-temannya sholat jum'at, ia menjawab "Sholat ngga sholat itu urusannya dia, hak dia mau sholat apa engga,"
untuk masalah terakhir ini, aku cukup sangat dan sungguh prihatin. Iya benar, sholat adalah kewajiban individu, kalau setiap orang sadar tidak perlu diingatkan lagi untuk sholat, alangkah berbahagianya pemimpin negeri itu. namun kita hidup di Indoensia yang orangnya heterogen. saya tahu tidak semua orang bisa menerimanya, tapi menyampaikan adalah sebuah kewajiban bagi seorang muslim.
panas bukan? lebih panas api neraka. Saya takut. terkadang rasa lelah menghampiri, terkadang fikiran-fikiran untuk berhenti menggoda, terkadang rasa kesal dan ingin meledak menyertai. tapi kembali lagi, apa yang akan saya dapat jika saya berhenti? jika saya mengajak, mau bagaimanapun jawabannya, ada usaha meski sedikit, ada pahit manisnya. pahit jika ditolak dan manis jika diterima.
lagi, kembali ke masalah ikhlas.ia memberi pedoman untuk setiap rasa kesal di hati. ia mengingatkan kita, bahwa sikap ini, hujatan ini, derita ini kita terima karena Allah. seperti kata Rai, "Urusan kita hanya mengajak, mau bagaimanapun hasilnya ya terserah,"
itulah definisi ikhlas yang secara tidak langsung menghantui saya sejak tadi. ya Allah, ikhlaskah hamba di jalan ini?
malam, usai pulang NF, saya mendapat kabar murid ibu saya meninggal, umurnya baru sekitar 30-an, kena stroke katanya. jantungku berdetak kencang, segera saja kami mentaksziahinya.
sampai disana, yang kutemukan luar biasa, aku mengerti ujung dari semua perjalanan hari ini. tidak jauh, sesungguhnya kematian itu dekat dan janji Allah itu pasti.
semanagat mengingatkan terus.
karena jalan dakwah tidak pernah tidak bergerigi
-Silmy Kaaffah
21 September 2012
semangat terus kak! InsyaAllah selalu diberi kemudahan dalam langkah dakwahnya, AllahuAkbar!:') ({})
ReplyDeleteAamiin Iffah:) makasih ya sayang. aku berharap banyak pada kalian adek-adek 46!!
ReplyDelete