Menghitung hari menjelang kepergianmu.
Aku tak sadar bahwa kamu berjalan begitu cepat. Hari-hari yang ku lalui di bulan ini memberikan banyak hikmah. Aku menjalani bulan ini dengan segala pasang surutnya. Allah sudah beritahu kalau iman kita memang naik turun. Namun yang tak aku sangka adalah bahwa Allah selalu memberikan kesempatan untukku kembali menikmati nikmatnya Ramadhan meski aku berkali-kali tak terlalu serius menjalaninya.
Aku ingat, di awal Ramadhan, semangatku menggebu. List target aku tempel di dinding. Aku sangat optimis bisa mencapai target-targetku. Namun, baru lima hari berjalan, semangatku mengendur. Aku mulai malas-malasan, shalat tarawih sekenanya, tahajjudpun mepet-mepet, tilawah hanya mengejar target satu juz sehari. Aku mulai sibuk mengelist agenda-agenda bukber yang mungkin dapat aku ikuti.
Di pertengahan Ramadhan, aku kembali berpikir bahwa ternyata ramadhan sudah berjalan setengah jalan. Ah iya, aku baru sadar. Kembali ku kuatkan tekadku untuk memanfaatkan sebaik-baiknya. Kembali aku serius mendengarkan ceramah-ceramah sebelum shalat tarawih dan selesai shubuh. Aku kembali menikmati shalat tarawihku, menyimak imam membaca surat-surat hafalannya begitu tenangnya. Tapi, lagi-lagi aku ingkar pada diriku. Beberapa hari usai menguatkan tekad, aku harus menjalani UTS karena aku mengambil semester pendek. Lagi-lagi aku lalai, lupa akan target-targetku.
Lalu tiba-tiba saja Ramadhan tinggal empat hari lagi. enam hari ke belakang, ternyata Allah masih memberikanku kesempatan untuk beritikaf sebanyak tiga kali. Setelah aku memperlakukan Ramadhan seperti itu, ternyata Allah masih masih memberikanku kesempatan. Memberikan kesempatan mendirikan qiyamullail, menyimak imam membaca satu juz. Aku gemetar, nikmat sekali bisa mendirikan sholat di tengah malam secara berjamaah. Nikmat sekali saat bisa perlahan memaknai ayat per ayat yang dibaca meskipun aku tidak tahu artinya. Mendengarkan intonasi imam saat ada ayat-ayat tentang azab, hati ini ikut bergetar dan menangis. Mengamini doa qunut selepas witir. Dan sebuah rasa yang mungkin tak setiap sholat kita dapatkan, ketenangan.
Mungkin ini adalah salah satu mukjizat Ramadhan.
Membangunkan jiwa-jiwa yang sudah lama tertidur.
Menyiram ruh-ruh yang selama ini kering.
Membuat hati kembali bergetar mendengar ayat-ayatnya.
"Ramadhan itu luar biasa bagi orang yang mau memaknainya."
Tak terasa dalam hitungan empat hari kedepan ia akan pergi. Tinggal bersisa dua malam ganjil, 27 dan 29. Akankah Allah memberikanku kesempatan kembali untuk mengisinya dengan utuh?
Dengan penyerahan diri seorang hamba?
Dengan pemaknaan tentang kehidupan serta
Dengan mengisi daya untuk setahun kedepan?
Allah, tolong berikan kesempatan itu kepada kami.
Hambamu yang masih lemah meniti jalanmu,
Silka
Ramadhan, 1436 H
No comments:
Post a Comment