Bismillahirrohmanirrohim,
Halo apa kabarnya? (kaojan style banget haha)
Hari ini hari yang cukup luar biasa. Hari ini aku kembali diingatkan tentang mimpiku (dulu) haha
Embah Kakung sakit, bonggol tulang paha bagian kanannya mengalami fraktur akibat terjatuh sekitar tujuh bulan yang lalu. Selama empat bulan kebelakang, embah tidak dapat melakukan apa-apa, hanya terbaring lemas di kasur. Sedih, iya. Sampai akhirnya dapat panggilan operasi penggantian bonggol dengan implan yang rencananya akan dilaksanakan hari senin, 27 juli 2015.
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, tempat embah di rawat. Katanya, kasus embah itu 'special case' karena patahannya terjadi di daerah yang tidak biasa serta umur yang sudah mencapai 80 tahun lebih. Hari ini, untuk pertama kalinya aku melihat bagaimana cara dokter bekerja. Pagi-pagi sekitar jam setengah 7, belasan dokter (mungkin calon dokter spesialis ortopedi) masuk ke ruangan. Mereka memegang gadget mereka masing-masing, memperbesar foto kondisi kaki kanan embah sambil bercakap-cakap mengenai kasus embah. Sebagian aku mengerti bahasanya, sebagian lagi tidak. Disana, ada satu dokter senior yang menjadi konsultan, dokter-dokter muda yang mungkin sedang praktik bertanya dari A sampai Z. Semua kejadian di runut, di lihat kondisi tubuh secara luas.
Embah lalu menjalani pemeriksaan lagi, rontgent kaki dan toraks, echo yang ternyata adalah USG pada jantung. Aku melihat alat-alat canggih kedokteran, dalam hati aku bertanya "Kok bisa ya cuma ditempeli alat kaya gitu aja bisa kegambar bagaimana posisi jantungnya. detaknya dan apakah jantungnya normal atau tidak.
Menghirup aroma rumah sakit. Bau obat. Bau orang-orang sakit.
Rasanya, masih seperti dulu. Masih ingin menjadi salah satu bagian dari dokter-dokter itu.
Dulu, aku ingin menjadi dokter karena aku ingin pergi ke Gaza, ingin menjadi dokter yang mengoperasi patah tulang para mujahid yang berjuang. Mimpiku menjadi seorang dokter spesialis ortopedi, yang katanya adalah bengkel manusia. Keren aja ngeliatnya, nyatanya emang keren. Saat tadi dilakukan traksi pada tulang kering embah, aku melihat dengan seksama bagaimana cara membius, menusukkan jarum hingga akhirnya kaki menjadi kebas. Aku melihat dengan jelas bagaimana dokter itu menyayat kaki embah lalu mulai mengebor tulang, cukup berat karena tulang embah sudah mengalami pengerasan akibat imobilisasi, di bor terus sampai besinya menembus tulang dari kiri ke kanan. Lalu memasangkan beban sekitar 5 kg di kakinya. Katanya agar otot yang memendek jadi lebih rilex sehingga memudahkan operasi.
Ah iya, seru sekali sepertinya. Dalam hati kecilku masih bilang "Pengen"
Aku masih gemetar melihatnya, seandainya saya bisa menjadi seorang dokter....
Tapi masa depanku bukan lagi dokter.
Kadang, kita harus ikhlas merelakan apa yang selama ini terbayang begitu menyenangkan. Kadang..
Maka, belajarlah kembali menjadikan mantan mimpi itu sebagai pecutan diri supaya bisa jadi anak kesmas yang luar biasa~
salam,
silmy
Halo apa kabarnya? (kaojan style banget haha)
Hari ini hari yang cukup luar biasa. Hari ini aku kembali diingatkan tentang mimpiku (dulu) haha
Embah Kakung sakit, bonggol tulang paha bagian kanannya mengalami fraktur akibat terjatuh sekitar tujuh bulan yang lalu. Selama empat bulan kebelakang, embah tidak dapat melakukan apa-apa, hanya terbaring lemas di kasur. Sedih, iya. Sampai akhirnya dapat panggilan operasi penggantian bonggol dengan implan yang rencananya akan dilaksanakan hari senin, 27 juli 2015.
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, tempat embah di rawat. Katanya, kasus embah itu 'special case' karena patahannya terjadi di daerah yang tidak biasa serta umur yang sudah mencapai 80 tahun lebih. Hari ini, untuk pertama kalinya aku melihat bagaimana cara dokter bekerja. Pagi-pagi sekitar jam setengah 7, belasan dokter (mungkin calon dokter spesialis ortopedi) masuk ke ruangan. Mereka memegang gadget mereka masing-masing, memperbesar foto kondisi kaki kanan embah sambil bercakap-cakap mengenai kasus embah. Sebagian aku mengerti bahasanya, sebagian lagi tidak. Disana, ada satu dokter senior yang menjadi konsultan, dokter-dokter muda yang mungkin sedang praktik bertanya dari A sampai Z. Semua kejadian di runut, di lihat kondisi tubuh secara luas.
Embah lalu menjalani pemeriksaan lagi, rontgent kaki dan toraks, echo yang ternyata adalah USG pada jantung. Aku melihat alat-alat canggih kedokteran, dalam hati aku bertanya "Kok bisa ya cuma ditempeli alat kaya gitu aja bisa kegambar bagaimana posisi jantungnya. detaknya dan apakah jantungnya normal atau tidak.
Menghirup aroma rumah sakit. Bau obat. Bau orang-orang sakit.
Rasanya, masih seperti dulu. Masih ingin menjadi salah satu bagian dari dokter-dokter itu.
Dulu, aku ingin menjadi dokter karena aku ingin pergi ke Gaza, ingin menjadi dokter yang mengoperasi patah tulang para mujahid yang berjuang. Mimpiku menjadi seorang dokter spesialis ortopedi, yang katanya adalah bengkel manusia. Keren aja ngeliatnya, nyatanya emang keren. Saat tadi dilakukan traksi pada tulang kering embah, aku melihat dengan seksama bagaimana cara membius, menusukkan jarum hingga akhirnya kaki menjadi kebas. Aku melihat dengan jelas bagaimana dokter itu menyayat kaki embah lalu mulai mengebor tulang, cukup berat karena tulang embah sudah mengalami pengerasan akibat imobilisasi, di bor terus sampai besinya menembus tulang dari kiri ke kanan. Lalu memasangkan beban sekitar 5 kg di kakinya. Katanya agar otot yang memendek jadi lebih rilex sehingga memudahkan operasi.
Ah iya, seru sekali sepertinya. Dalam hati kecilku masih bilang "Pengen"
Aku masih gemetar melihatnya, seandainya saya bisa menjadi seorang dokter....
Tapi masa depanku bukan lagi dokter.
Kadang, kita harus ikhlas merelakan apa yang selama ini terbayang begitu menyenangkan. Kadang..
Maka, belajarlah kembali menjadikan mantan mimpi itu sebagai pecutan diri supaya bisa jadi anak kesmas yang luar biasa~
salam,
silmy
Masing-masing punya cara untuk menebar kebermanfaatan bagi orang lain...
ReplyDeleteYoi Kes, bener banget.. Semoga bisa menghasilkan kebermanfaatan luar biasa buat dunia kesehatan di masa depan.
ReplyDeletesemangat Silmy :)
ReplyDelete