Karena pada akhirnya kita yang harus lebih mengetahui apa meaning hidup kita, untuk apa dan ingin seperti apa.
Sudah menjelang bulan kelimba belas saya diberikan kesempatan untuk menjadi seorang mahasiswi Universitas Indonesia serta seorang santri di Indonesia Quran Foundation. Selama itu pula saya terus berusaha merefleksikan perjalan ini. Sudah sedemikian jauhnya ternyata langkah ini. Lalu apa yang sudah dicapai dan sudah diberikan?
Saya selalu mengulang pertanyaan itu di otak saya. Maumu apa? Kenapa mau menjalani hidup seperti ini?
Pagi hari diisi dengan Quran time, jam delapan masuk kuliah, lalu sorenya diisi dengan rapat, syuro, mengerjakan tugas, atau datang acara. lalu balik ke IQF isya dilanjutkan dengan Quran time lagi. Setelah itu kajian hingga jam setengah sepuluh malam. selesai kajian, kembali ke asrama membuka percakapan di grup whatsapp dan line, menyelesaikan target tilawah, baru mengerjakan tugas hingga larut malam. tidur, dan bangun lagi mengikuti siklus diatas.
Di kala anak-anak asrama lain sudah sampai di asrama bahkan sebelum maghrib, mereka bisa dengan ringan hati membawa mushafnya lalu menghafal dengan kondisi tubuh yang fresh.
Di kala teman-teman di kampus masih berkutat dengan agendanya dan ditengah-tengah jalan aku harus izin pulang duluan untuk mengikuti agenda asrama.
Saya berada dipertengahan.
Saya sempat bertanya, apakah saat kita menghafal Quran pada akhirnya kita tidak bisa berorganisasi di luar?
Jawabannya tidak, kita tetap bisa berorganiasasi.. kata pengurus
Saya kembali bertanya, apakah saya bisa mengikuti BEM yang memang kondisinya banyak listing agendanya yang harus dilakukan sampai malam?
Saya belum dapat jawaban validnya.
Begitulah, saya menjalani hari di tahun pertama. Saya selalu izin rapat PSDM di tengah-tengah bahasan yang crowded dan sejujurnya itu menyiksa. Saya juga selalu izin rapat OKK di saat bahasannya begitu rumit dan kompleks. Saya merasa bersalah.
Lalu saya bertanya pada hati, "Ini pilihanmu kan silmy?"
Saya jadi teringat bagaimana dengan beratnya saya menanggalkan pilihan hati saya ketika mengisi form magang di saat OKK, rasanya saya ingin sekali memilih departeme kajian aksi strategis. saya merasa ini yang saya cari sejak dulu, saya berpikir jika saya disini pola pikir saya akan terbuka semakin luas, semakin panas. Namun semua niat itu saya urungkan dengan pertimbangan bahwa saya tidak akan mampu mengikuti irama kastrat yang begitu meminta kemilitansian, pengorbanan waktu. Saat itu saya sudah menjadi santri IQF dan saya paham bagaimana konsekuensi yang akan saya terima jika saya tetap memaksa join di kastrat.
Akhirnya, saya mencari jalan tengah dengan memilih PSDM, Pengembangan sumber daya manusia, bagus benar namanya. PSDM berada dibawah korbid internal dan bertugas melakukan penjagaan, disini ternyata ada yang namanya sahabat bidang, wah ternyata saya bisa tetap kepo sama isu-isunya kastrat. Saya juga berpikir kalau psdm kerjanya tak se-crowded kastrat jadi bisa mungkin mengatur waktunya. Syukurnya saya diterima. Setelah magang di PSDM dan mendaftar sebagai pengurus BEM FKM UI 2015 di bidang yang sama. Dan kini saya bahgia menjadi bagian dari kalian Bemers Buncher. Saya jadi mengerti bahwa internal itu adalah sebuah hal yang sangat penting untuk dijaga, diupgrade, diberikan nilai agar tetap satu.
Begitulah sekelumit kisah kecil dalam memilih bidang di BEM.
Dan tenyata saya juga tertarik untuk bergabung di Nurani. Dan kaderisasi menjadi pilihan saya. Meski tak banyak, tapi KD membuat agenda saya menjadi tambah full. Biar begitu, KD merupakan sebuah jalan yang memang sudah saya pilih dan saya tahu manfaatnya.
Ditambah beban kepanitiaan. Memang diriku yang kadang tak tahu kapasitas, tapi ingin tahu banyak hal. Maka aku mencoba menjadi panitia Frontier, forum discussion about tobacco gitu. kebetulan saya jadi PJ seminarnya. Dan amanah lain di OKK IM FKM UI 2015. Lagi-lagi saya menjadi PJ seminar.
Padat sekali nyatanya, dua kepanitian diatas sudah selesai. Tinggal dua organisasi yang dalam kurun waktu kurang dari dua bulan akan selesai. Lalu, saya kembali bertanya pada diri "Halo, apa kbar kamu?"
Semua kegiatan diatas beriringan dengan sebuah agenda suci bernama Quran time.
Saya jadi ingin bercerita awal mula saya mendaftar di IQF..
Saya hanya ikut kata seseorang untuk mendaftar, alasan kuat? karena saya tahu bahwa menghafal quran adalah suatu kegiatan yang dicintai Allah dan saya hanya ingin menjadi hamba yang tidak biasa-biasa aja. saya memilih bergabung disini untuk membedakan saya dengan yang lain. saya hanya tidak ingin masa kuliah saya berjalan bias tanpa tujuan yang jelas.
Namun dalam perjalannya, begitu banyak pilihan-pilihan datang meminta pertanggungjawaban.
Dunia kampus gemperlap, menjanjikan banyak hal untuk mengembangkan diri...............
Namun saya sadar bahwa saya jauh dari kategori hamba yang taat, maka menghafal Quran saya pilih untuk menambal kesalahan-kesalahan saya. Menghafal Quran saya pilih untuk membuat saya semakin dekat dengan Sang Pencipta. Menghafal Quran saya pilih untuk membentuk diri saya mencintai Al-Quran dengan sebenar-benarnya.
Dua pilihan itu bukankah bisa berjalan beriringan? saya pikir juga begitu. namun dalam beberapa waktu yang sudah saya lalui saya merasa berat. amat berat.
Perjuangan itu sesungguhnya tak mudah, maka saya ingin meminta maaf kepada Kak Umi dan Ustadzah Een yang pada kenyaannya, saya belum bisa memaksimalkan hafalan saya. Saya meminta maaf kepada orang yang mungkin haknya untuk berada disini tergantikan oleh saya. Saya mmohon maaf. Saya hanya hamba yang haus keinginan dekat dengan Tuhannya, meski mendekat tak mesti lewat sini. Maaf ya Rabb.. hambaMu ini terkadang kufur nikmat.
Maka, saya selalu mencoba merefreshkan.. untuk apa kau ada disini?
Mari kembali ke tujuan awal. Semoga bisa tercapai segala listing targetnya.
Bismillahirrohmanirrohim.
Terimakasih ya mi:")
Sudah menjelang bulan kelimba belas saya diberikan kesempatan untuk menjadi seorang mahasiswi Universitas Indonesia serta seorang santri di Indonesia Quran Foundation. Selama itu pula saya terus berusaha merefleksikan perjalan ini. Sudah sedemikian jauhnya ternyata langkah ini. Lalu apa yang sudah dicapai dan sudah diberikan?
Saya selalu mengulang pertanyaan itu di otak saya. Maumu apa? Kenapa mau menjalani hidup seperti ini?
Pagi hari diisi dengan Quran time, jam delapan masuk kuliah, lalu sorenya diisi dengan rapat, syuro, mengerjakan tugas, atau datang acara. lalu balik ke IQF isya dilanjutkan dengan Quran time lagi. Setelah itu kajian hingga jam setengah sepuluh malam. selesai kajian, kembali ke asrama membuka percakapan di grup whatsapp dan line, menyelesaikan target tilawah, baru mengerjakan tugas hingga larut malam. tidur, dan bangun lagi mengikuti siklus diatas.
Di kala anak-anak asrama lain sudah sampai di asrama bahkan sebelum maghrib, mereka bisa dengan ringan hati membawa mushafnya lalu menghafal dengan kondisi tubuh yang fresh.
Di kala teman-teman di kampus masih berkutat dengan agendanya dan ditengah-tengah jalan aku harus izin pulang duluan untuk mengikuti agenda asrama.
Saya berada dipertengahan.
Saya sempat bertanya, apakah saat kita menghafal Quran pada akhirnya kita tidak bisa berorganisasi di luar?
Jawabannya tidak, kita tetap bisa berorganiasasi.. kata pengurus
Saya kembali bertanya, apakah saya bisa mengikuti BEM yang memang kondisinya banyak listing agendanya yang harus dilakukan sampai malam?
Saya belum dapat jawaban validnya.
Begitulah, saya menjalani hari di tahun pertama. Saya selalu izin rapat PSDM di tengah-tengah bahasan yang crowded dan sejujurnya itu menyiksa. Saya juga selalu izin rapat OKK di saat bahasannya begitu rumit dan kompleks. Saya merasa bersalah.
Lalu saya bertanya pada hati, "Ini pilihanmu kan silmy?"
Saya jadi teringat bagaimana dengan beratnya saya menanggalkan pilihan hati saya ketika mengisi form magang di saat OKK, rasanya saya ingin sekali memilih departeme kajian aksi strategis. saya merasa ini yang saya cari sejak dulu, saya berpikir jika saya disini pola pikir saya akan terbuka semakin luas, semakin panas. Namun semua niat itu saya urungkan dengan pertimbangan bahwa saya tidak akan mampu mengikuti irama kastrat yang begitu meminta kemilitansian, pengorbanan waktu. Saat itu saya sudah menjadi santri IQF dan saya paham bagaimana konsekuensi yang akan saya terima jika saya tetap memaksa join di kastrat.
Akhirnya, saya mencari jalan tengah dengan memilih PSDM, Pengembangan sumber daya manusia, bagus benar namanya. PSDM berada dibawah korbid internal dan bertugas melakukan penjagaan, disini ternyata ada yang namanya sahabat bidang, wah ternyata saya bisa tetap kepo sama isu-isunya kastrat. Saya juga berpikir kalau psdm kerjanya tak se-crowded kastrat jadi bisa mungkin mengatur waktunya. Syukurnya saya diterima. Setelah magang di PSDM dan mendaftar sebagai pengurus BEM FKM UI 2015 di bidang yang sama. Dan kini saya bahgia menjadi bagian dari kalian Bemers Buncher. Saya jadi mengerti bahwa internal itu adalah sebuah hal yang sangat penting untuk dijaga, diupgrade, diberikan nilai agar tetap satu.
Begitulah sekelumit kisah kecil dalam memilih bidang di BEM.
Dan tenyata saya juga tertarik untuk bergabung di Nurani. Dan kaderisasi menjadi pilihan saya. Meski tak banyak, tapi KD membuat agenda saya menjadi tambah full. Biar begitu, KD merupakan sebuah jalan yang memang sudah saya pilih dan saya tahu manfaatnya.
Ditambah beban kepanitiaan. Memang diriku yang kadang tak tahu kapasitas, tapi ingin tahu banyak hal. Maka aku mencoba menjadi panitia Frontier, forum discussion about tobacco gitu. kebetulan saya jadi PJ seminarnya. Dan amanah lain di OKK IM FKM UI 2015. Lagi-lagi saya menjadi PJ seminar.
Padat sekali nyatanya, dua kepanitian diatas sudah selesai. Tinggal dua organisasi yang dalam kurun waktu kurang dari dua bulan akan selesai. Lalu, saya kembali bertanya pada diri "Halo, apa kbar kamu?"
Semua kegiatan diatas beriringan dengan sebuah agenda suci bernama Quran time.
Saya jadi ingin bercerita awal mula saya mendaftar di IQF..
Saya hanya ikut kata seseorang untuk mendaftar, alasan kuat? karena saya tahu bahwa menghafal quran adalah suatu kegiatan yang dicintai Allah dan saya hanya ingin menjadi hamba yang tidak biasa-biasa aja. saya memilih bergabung disini untuk membedakan saya dengan yang lain. saya hanya tidak ingin masa kuliah saya berjalan bias tanpa tujuan yang jelas.
Namun dalam perjalannya, begitu banyak pilihan-pilihan datang meminta pertanggungjawaban.
Dunia kampus gemperlap, menjanjikan banyak hal untuk mengembangkan diri...............
Namun saya sadar bahwa saya jauh dari kategori hamba yang taat, maka menghafal Quran saya pilih untuk menambal kesalahan-kesalahan saya. Menghafal Quran saya pilih untuk membuat saya semakin dekat dengan Sang Pencipta. Menghafal Quran saya pilih untuk membentuk diri saya mencintai Al-Quran dengan sebenar-benarnya.
Dua pilihan itu bukankah bisa berjalan beriringan? saya pikir juga begitu. namun dalam beberapa waktu yang sudah saya lalui saya merasa berat. amat berat.
Perjuangan itu sesungguhnya tak mudah, maka saya ingin meminta maaf kepada Kak Umi dan Ustadzah Een yang pada kenyaannya, saya belum bisa memaksimalkan hafalan saya. Saya meminta maaf kepada orang yang mungkin haknya untuk berada disini tergantikan oleh saya. Saya mmohon maaf. Saya hanya hamba yang haus keinginan dekat dengan Tuhannya, meski mendekat tak mesti lewat sini. Maaf ya Rabb.. hambaMu ini terkadang kufur nikmat.
Maka, saya selalu mencoba merefreshkan.. untuk apa kau ada disini?
Mari kembali ke tujuan awal. Semoga bisa tercapai segala listing targetnya.
Bismillahirrohmanirrohim.
Terimakasih ya mi:")
No comments:
Post a Comment