ini hanya ilusi ketika kita berusaha menjadi anak yang baik, yang aktif dalam berdakwah namun kita cuma bisa berbicara, tidak banyak melakukan, hanya berbicara.
kalau kata seorang seniorku "apakah kalian mau mengisi tapi tidak diisi?"
cukup muak aku dengan semuanya, dengan segala keletihan dan kerasnya perjuangan ini, dan kadang setan itu berbisik dan pandai sekali mengobrak-ngabrik isi hatiku "untuk apa kamu begini? apa kamu yakin ini buat Allah, bukan buat yang lain? lalu apakah Allah akan menerima?"
ya, sesekali pikiran itu terlintas jelas di otakku, kadang aku merasakan kehampaan yang entah darimana asalnya akan semua rutinitasku kini. pergi sekolah jam 6, belajar tak karuan, memikirkan syuro yang tak kelar-kelar, menemukan kemarahan atau sedikit konflik antar qiyadahku, dan aku harus berdiri di tengah, pulang lagi sudah malam, mengerjakan tugas atau sibuk menjarkom kegiatan besok atau sibuk berkoordinasi. esoknya
begitu lagi dan siklus ini berlangsung setiap hari tanpa jeda.
mungkin tilisan ini seperti hanya seorang yang sok sibuk dengan kegiatan organisasinya di sekolah, dengan gaya-gayaan anak ababil alias abege labil, atau sekedar main-main saja. tapi ini nyata, ini kisahku dan para seniorku bertahun-tahun lamanya, jika diumpamakan inilah gerbang menempuh kehidupan yang sesungguhnya.
kembali lagi kepada masalah kehampaan, ini jelas sekali terasa ketika memang hubungan kita dengan Allah sedang menjauh, adalah aku yang benar-benar mencari, mendalami apa sih yang aku lakukan? mengapa aku begini? aku tidak mau menjadi wanita munafik yang berkata ini semua karena Allah, tapi dalam hati tersirat rasa yang berbeda.
dan aku menemukan sebuah jawaban atas semua pertanyaan berkecamuk itu, semuanya kembali lagi ke niat,
kalau kita membaca hadits arbain nomor satu, disana ada potongan hadits yang berbunyi "Innamal'amalu binniat -sesungguhnya setiap amal perbuatan itu tergantung niatnya"
seketika seperti ada sesuatu yang ikut mengalir di dalam darahku, perlahan namun menembus batas ruang-ruang hatiku. ah, semua amal tergantung niat. aku menengok kebelakang, apakah sudah begitu sil?
ah, hanya Allah yang tahu..
yang dapat aku lakukan saat ini hanyalah terus memperbaharui, mengecek dan memastikan kembali apa yang aku lakukan ini hanyalah untuk Allah, bukan yang lain. karena Allah ngga suka di duain,
ya Allah, izinkan aku menjadi bagian dari hambaMu yang ingin berjuang di jalanMu,
menyiarkan asmaMu di seluruh dunia,
menyiapkan barisan kokoh umat islam,
menjadi bagian dari suatu indahnya kehidupan
di dalam dakwah ini..
namun masihkah pantas aku untuk itu?
semua berjalan selayaknya air yang mengalir tentram namun tiba-tiba ada gelombang menerjang dan menabrak gelora bintang, apaan sih sil?
perlahan, izinkan aku mendapat pelajaran kehidupan..
silmykaaffah
kalau kata seorang seniorku "apakah kalian mau mengisi tapi tidak diisi?"
cukup muak aku dengan semuanya, dengan segala keletihan dan kerasnya perjuangan ini, dan kadang setan itu berbisik dan pandai sekali mengobrak-ngabrik isi hatiku "untuk apa kamu begini? apa kamu yakin ini buat Allah, bukan buat yang lain? lalu apakah Allah akan menerima?"
ya, sesekali pikiran itu terlintas jelas di otakku, kadang aku merasakan kehampaan yang entah darimana asalnya akan semua rutinitasku kini. pergi sekolah jam 6, belajar tak karuan, memikirkan syuro yang tak kelar-kelar, menemukan kemarahan atau sedikit konflik antar qiyadahku, dan aku harus berdiri di tengah, pulang lagi sudah malam, mengerjakan tugas atau sibuk menjarkom kegiatan besok atau sibuk berkoordinasi. esoknya
begitu lagi dan siklus ini berlangsung setiap hari tanpa jeda.
mungkin tilisan ini seperti hanya seorang yang sok sibuk dengan kegiatan organisasinya di sekolah, dengan gaya-gayaan anak ababil alias abege labil, atau sekedar main-main saja. tapi ini nyata, ini kisahku dan para seniorku bertahun-tahun lamanya, jika diumpamakan inilah gerbang menempuh kehidupan yang sesungguhnya.
kembali lagi kepada masalah kehampaan, ini jelas sekali terasa ketika memang hubungan kita dengan Allah sedang menjauh, adalah aku yang benar-benar mencari, mendalami apa sih yang aku lakukan? mengapa aku begini? aku tidak mau menjadi wanita munafik yang berkata ini semua karena Allah, tapi dalam hati tersirat rasa yang berbeda.
dan aku menemukan sebuah jawaban atas semua pertanyaan berkecamuk itu, semuanya kembali lagi ke niat,
kalau kita membaca hadits arbain nomor satu, disana ada potongan hadits yang berbunyi "Innamal'amalu binniat -sesungguhnya setiap amal perbuatan itu tergantung niatnya"
seketika seperti ada sesuatu yang ikut mengalir di dalam darahku, perlahan namun menembus batas ruang-ruang hatiku. ah, semua amal tergantung niat. aku menengok kebelakang, apakah sudah begitu sil?
ah, hanya Allah yang tahu..
yang dapat aku lakukan saat ini hanyalah terus memperbaharui, mengecek dan memastikan kembali apa yang aku lakukan ini hanyalah untuk Allah, bukan yang lain. karena Allah ngga suka di duain,
ya Allah, izinkan aku menjadi bagian dari hambaMu yang ingin berjuang di jalanMu,
menyiarkan asmaMu di seluruh dunia,
menyiapkan barisan kokoh umat islam,
menjadi bagian dari suatu indahnya kehidupan
di dalam dakwah ini..
namun masihkah pantas aku untuk itu?
semua berjalan selayaknya air yang mengalir tentram namun tiba-tiba ada gelombang menerjang dan menabrak gelora bintang, apaan sih sil?
perlahan, izinkan aku mendapat pelajaran kehidupan..
silmykaaffah
No comments:
Post a Comment