Oleh Silmy Kaaffah
Aku berada di ujung jalan
Dari jalan-jalan perumpun jiwa-jiwa
Bias-bias yang terserak pelan berkumpul
Menjadi satu ceirta miris pembangun luka
Bagai kehilangan mamaknya
Kini pertiwi mencari dan pergi entah kemana
Siluet-siluet sisa masa lalu yang jaya
Tergambar jelas di hati
Namun tak nampak di muka
Ya, tanah ini dijajah
Oleh seni-seni yang entah siapa empunya
Menggerus kekentalan budaya
Yang begitu erat di masa lampaunya
Lihat saja bagaimana tari yapong tak lagi di lirik
Kupu jalanan menari lusuh, terseyum namun diabiarkan
Menari gemulai pelan dan menawan
Demi seribu perak bak pengemis jalanan
Itu.. ya itu tangisan bumiku
Tatkala para biduan kembali menarik napas mulia
Mencoba mengembalikan lagu-lagu makna
Lagu-lagu darah negeri, yang berseni
Bubuy Bulan..
Ilir-Ilir..
O ina ni keke..
Mengalun lembut
Namun sepi hanya sesepuh yang menyelaminya
Dan biduan itu tetap bernyanyi
Menetap begitu
dan Reog Ponorogo menangis
empunya tak tahu diri
selagi punya di acuhkan
dirampok orang membentak minta kembali
begitulah si negeri jelita
Tengok pula kisah para sastrawan
Syair budaya dan bahasa
Syair yang jadi saksi ribuan peristiwa
Begitu saja musnah dari peradaban
Ibuku kembali menangis
Duhai generasi tumbuh
Bacalah
Berapa banyak keindahan budaya ini
Gambaran sukma diri
Lukisan kemakmuran negeri
Goresan tinta emas penuntun hati
Simbol kejujuran pertiwi
Aku masih terpaku di ujung jalan
Berat.
Sulit bergerak,
Sesak,
Sejak dahulu mamak mewariskan citraan kehidupan
Keindahan yang menawan
Yang mengangkat harga diri
Wahai bapak negeri
para seniman itu menjerit
dan kau duduk manis dengan senyum sinis
Wahai,
bangkitkan kembali seniman-seniman itu,
tangisnya tak mereda
Tidak terlambat
Masih banyak pekerjaan kita
Menata dan membangun karakter
Meniti kembali puing-puing seni yang terlampau jauh terbuang
Mengais kembali rezeki kehidupan seniman
Mengangkat dan membawa
Tetesan tangis ibu pertiwi
2412
lomba cipta puisi FLS2N (Festival Lomba Seni Siswa Nasional) tingkat kotamadya Jakarta Timur di SMA Unggulan Muhammad Husni Thamrin
Alhamdulillah, biarpun ngga berharap banyak aku dapet juara harapan 1, jujur aku cuma menampilkan yang terbaik, yang bisa aku lakukan and i think it's enough. sisanya terserah Allah,
dan yang lebih +++ karena biarpun sedikit aku bisa mengajarkan adik kelas baca puisi, kalo aku cipta dia baca. aku improve gimana cara baca, ekspresi, penghayatan, keras rendahnya suara, gerakan, and all about poetry.
Ya Allah,izinkan aku jatuh cinta sama puisi, dan bisa serius dibidang itu, seperti Pak Taufik Ismail, Subhanallah.. atau penulis seperti Mba Asma Nadia, wanita super, Tere liye sang penguasa hatiku ketika membaca novel, bang Fuadi dan Andrea Hirata yang menceritakan pengalamannya meniti pendidikan, mas Felix Siauw sang Mualaf yang jauh lebih baik dari kita yang hanya mengangguk saat diceritakan Muhammad AlFatih..
ingin, aku ingin menjadi penulis, penulis kecil sederhana dan hanya bisa ku lakukan dengan terus menulis.
*hasrat nulis blog sudha dari 2 minggu yang lalu, tapi tau diri lah lagi UTS, haha paling cuma main angan-angan di otakku, otak terus berjalan nyari inspirasi, tapi tangan dan badan ngga ngasih ngeblog ntar keterlaluan akunya hehe. semangat, InsyaAllah abis ini mau cerita semua hal 2 minggu ini hehe
with love,
silmy kaaffah
No comments:
Post a Comment