malam ini, awalnya aku ingin menulis tentang harapan harapanku yang hampir pupus, rasa kecewaku yang amat tinggi, kesedihan tentang mimpi yang semakin jauh. aku ingin mengeluh, menumpahkannya. aku ingin semuanya keluar tentang rasa ini. tapi akhirnya ku tahu keluhku, kesahku, resahku akan mimpi yang hilang, umpatan, kesedihan dan kegalauanku ini tak lebih dari butiran debu. Sampai ku temukan jawaban atas resahku dengan delapan menit. delapan menit sebuah video yang lebih berharga dari dua jam ucapan motivator kelas satupun.
delapan menit itu adalah:
http://video.ak.fbcdn.net/hvideo-ak-frc3/v/1073640_714138745278326_1140373173_n.mp4?oh=6c3eecb4cae4708d28db58e00e243943&oe=5210B8A6&__gda__=1376903729_84b8263460071a83e7a21f56731d87e4
aih, benar saja. masih merinding aku menatap wajah-wajah itu. darah-darah itu menggenang bak air sisa hujan semalaman. bagian dalam tubuh keluar, badan-badan itu bolong, mata-mata itu menjelang terpejam, gerakan-gerakan saat ruh menjelang dipanggil Tuhan-Nya. manusia tak bernyawa berjejeran dijalanan, seorang anak menangis melihat mayat ibunya bergelimangan cairan kental berwarna merah, namun teriakan itu masih jelas terdengar. teriakan suci maha agung "ALLAHUAKBAR!"
mungkin banyak diantara kita yang masih heran, kenapa mereka rela mati? kenapa mereka seakan menyerahkan diri mereka untuk bersimbah darah? kenapa mereka bertahan? apa yang mereka perjuangkan?
panggilan syahid menggema, mereka menjawab panggilan itu di garis-garis terdepan. mereka berjuang tentang demokrasi, mereka mencari keadilan yang hari ini masih ditutup-tutupi. mereka bertahan karena cinta, cinta terhadap Rabbnya, terhadap tanah air yang harus ia bela meski dengan nyawa.
masih jelas cerita, jika Indonesia begitu terpukul dengan banyaknya korban jiwa saat tsunami terjadi, maka mesir lebih terluka. mereka kehilangan saudara senegeri dengan cara yang amat menyakitkan, dibunuh oleh orang-orang senegeri, orang-orang yang harusnya melindungi.
aku bukan orang yang aktif dan banyak mengerti persoalan ini, aku hanya salah satu orang yang ikut menangis melihat saudaraku dibantai disana. ah, mesir. masih jelas ku ingat saat Dr.Mursi pertama kali menjabat sebagai presiden, senyum mengembang dari berbagai pihak, berbagai harapan mengembang setelah lama mereka dipimpin oleh Mubarak. Dr.Mursi, beliau sang penghafal Al-Qur'an dan ingin membawa perubahan, perbaikan pada Mesir. namun rupanya para antek-antek diluar sana ketakutan, sebegitu takutnya mereka hingga akhirnya semua terjadi sedemikian cepat. dan yang kita liat hari ini, ya mereka, para pendukung Mursi yang rela mati membela agamanya, membela negerinya, membela presidennya.
Lalu apa yang dapat kita lakukan nun jauh disini? Empati, ya. sebuah rasa yang disertai tindakan. mungkin tak berarti banyak. mungkin tangis kita disini tak terdengar kesana, mungkin celotehan kita ditwitter hanya akan terus menjadi trend topic, mungkin cerita kita yang berkoar-koar hanya akan didengarkan orang-orang terdekat kita, mungkin doa-doa yang kita sampaikan masih terkumpul disana, masih menunggu perintah Allah untuk diijabah. namun siapa yang tahu? Semua hal kecil yang kita lakukan mungkin saja berarti, setidaknya untuk diri kita sendiri. untuk diri kita yang berusaha terus dan terus memperbaiki diri.
Setidaknya tekad ini yang lalu aku pegang. tekad untuk kembali tersenyum, mengingat apa yang terjadi padaku hari ini bukanlah akhir dari segalanya. tekad untuk menatap hari-hari kedepan dengan optimisme yang tinggi. dengan segala kesederhanaan, dengan mimpi yang tak boleh pupus hari ini. dengan janji berusaha untuk bermanfaat, dengan usaha untuk tidak bermain hati, dengan belajar serius, menghafal serius, dengan segala macam hal-hal yang membuat mereka mati tak sekedar meninggalkan nama, tapi juga makna, makna untuk membangkitkan orang-orang yang jauh disana untuk terus-terus lebih baik.
hari ini aku masih belajar. belajar bertekad. tulisan singkat ini harus jadi tamparan yang kuat bagiku saat aku merasa lemah nanti.
Janji Allah pasti. Aku ingin menjemput syahidku suatu hari nanti.
Bismillahirrohmanirrohim.
Hasbunallah wa ni'mal wakiil.
delapan menit itu adalah:
http://video.ak.fbcdn.net/hvideo-ak-frc3/v/1073640_714138745278326_1140373173_n.mp4?oh=6c3eecb4cae4708d28db58e00e243943&oe=5210B8A6&__gda__=1376903729_84b8263460071a83e7a21f56731d87e4
aih, benar saja. masih merinding aku menatap wajah-wajah itu. darah-darah itu menggenang bak air sisa hujan semalaman. bagian dalam tubuh keluar, badan-badan itu bolong, mata-mata itu menjelang terpejam, gerakan-gerakan saat ruh menjelang dipanggil Tuhan-Nya. manusia tak bernyawa berjejeran dijalanan, seorang anak menangis melihat mayat ibunya bergelimangan cairan kental berwarna merah, namun teriakan itu masih jelas terdengar. teriakan suci maha agung "ALLAHUAKBAR!"
mungkin banyak diantara kita yang masih heran, kenapa mereka rela mati? kenapa mereka seakan menyerahkan diri mereka untuk bersimbah darah? kenapa mereka bertahan? apa yang mereka perjuangkan?
panggilan syahid menggema, mereka menjawab panggilan itu di garis-garis terdepan. mereka berjuang tentang demokrasi, mereka mencari keadilan yang hari ini masih ditutup-tutupi. mereka bertahan karena cinta, cinta terhadap Rabbnya, terhadap tanah air yang harus ia bela meski dengan nyawa.
masih jelas cerita, jika Indonesia begitu terpukul dengan banyaknya korban jiwa saat tsunami terjadi, maka mesir lebih terluka. mereka kehilangan saudara senegeri dengan cara yang amat menyakitkan, dibunuh oleh orang-orang senegeri, orang-orang yang harusnya melindungi.
aku bukan orang yang aktif dan banyak mengerti persoalan ini, aku hanya salah satu orang yang ikut menangis melihat saudaraku dibantai disana. ah, mesir. masih jelas ku ingat saat Dr.Mursi pertama kali menjabat sebagai presiden, senyum mengembang dari berbagai pihak, berbagai harapan mengembang setelah lama mereka dipimpin oleh Mubarak. Dr.Mursi, beliau sang penghafal Al-Qur'an dan ingin membawa perubahan, perbaikan pada Mesir. namun rupanya para antek-antek diluar sana ketakutan, sebegitu takutnya mereka hingga akhirnya semua terjadi sedemikian cepat. dan yang kita liat hari ini, ya mereka, para pendukung Mursi yang rela mati membela agamanya, membela negerinya, membela presidennya.
Lalu apa yang dapat kita lakukan nun jauh disini? Empati, ya. sebuah rasa yang disertai tindakan. mungkin tak berarti banyak. mungkin tangis kita disini tak terdengar kesana, mungkin celotehan kita ditwitter hanya akan terus menjadi trend topic, mungkin cerita kita yang berkoar-koar hanya akan didengarkan orang-orang terdekat kita, mungkin doa-doa yang kita sampaikan masih terkumpul disana, masih menunggu perintah Allah untuk diijabah. namun siapa yang tahu? Semua hal kecil yang kita lakukan mungkin saja berarti, setidaknya untuk diri kita sendiri. untuk diri kita yang berusaha terus dan terus memperbaiki diri.
Setidaknya tekad ini yang lalu aku pegang. tekad untuk kembali tersenyum, mengingat apa yang terjadi padaku hari ini bukanlah akhir dari segalanya. tekad untuk menatap hari-hari kedepan dengan optimisme yang tinggi. dengan segala kesederhanaan, dengan mimpi yang tak boleh pupus hari ini. dengan janji berusaha untuk bermanfaat, dengan usaha untuk tidak bermain hati, dengan belajar serius, menghafal serius, dengan segala macam hal-hal yang membuat mereka mati tak sekedar meninggalkan nama, tapi juga makna, makna untuk membangkitkan orang-orang yang jauh disana untuk terus-terus lebih baik.
hari ini aku masih belajar. belajar bertekad. tulisan singkat ini harus jadi tamparan yang kuat bagiku saat aku merasa lemah nanti.
Janji Allah pasti. Aku ingin menjemput syahidku suatu hari nanti.
Bismillahirrohmanirrohim.
Hasbunallah wa ni'mal wakiil.
No comments:
Post a Comment