Malam ini aku berjanji tak ada air mata sesal lagi. Yang ada air mata untuk terus menerus berjanji untuk semakin kuat. Aku harus percaya pada mimpiku. Mimpi seorang pejuang yang tak ingin kapalnya kandas ditengah jalan karena kapalnya menabrak 5x.
Aku harus kembali percaya pada Tuhanku yang telah memilihku untuk tetap hidup dan meneruskan perjalananku meski pahit. Dia menginginkan aku lebih banyak belajar. Belajar kehidupan. Belajar tentang sakitnya rasa. Belajar percaya.
Kemarin hari, saat rasa sakit ini tak mampu ku bendung aku merobek seluruh mimpiku di kamar. Aku menangis sesal. Mengapa takdirku begitu berat? Mengapa semua berlalu begitu sulit? Aku hilang rasa. Apa segitu bodohnya aku? Ah Tuhan, mengapa?
Sesaat hariku masih beku. Lalu ku lihat hp, banyak.. Banyak sekali kata semangat yang ku simpan. Kubaca saat aku mulai merasa terluka. Namun mengapa hari itu tak terasa menyegarkan? Tak berguna, mereka tak mengerti. Aih, aku merasa sendiri.
Namun semakin hari berjalan panjang, semakin ku buka mataku, semakin ku telisik diri ini lebih dalam, sebenarnya apa yang ku cari? Apa sekedar lulus menjadi mahasiswi? Bukan begitu harusnya.
Kembali ku lihat layar hp, mereka dengan senyum-senyum mereka.. Ku lapangkan dadaku lebih dalam. Ku tatap mata-mata di layar kaca itu. Mereka berjuang bersamaku dahulu, belajar bersamaku, tapi mereka berlari lebih dahulu. Mereka berlari sambil menarik tanganku, namun aku tak mau. Aku justru terdiam memandangi kata "maaf" di tiap pengumuman itu. Tapi mereka terus berusaha menarikku, memanggil namaku untuk segera menyusul mereka.
Ya, suatu hal yang tak dapat ku pungkiri adalah mereka menunggu, menungguku di garis finish sambil meneriakkan namaku. Tugasku tinggal berlari mengejar mereka. Tugasku bukan lagi meratapi kata "maaf" itu. Sesungguhnya bukan untuk itu. Namun untuk sesuatu hal yang lebih besar, aku akan mencapai garis finish dengan caraku, dengan teriakkan mereka, dengan senyuman mereka.
Mungkin akan terlambat, tapi siapa yang tau di perlombaan berikutnya siapa yang akan menang. Siapa yang tahu suatu hari nanti saat kita bertemu kembali sudah jadi apa kita.
Maka malam ini, berjanjilah pada dirimu sendiri untuk tetap mengangkat kepala, menatap kedepan dengan senyum. Dengan semangat yang membara. Dengan kicauan mimpi indah yang tiada habisnya. Dengan usaha maksimal hingga tubuh ini tak sanggup lagi menahan bebannya.
Maka berjanjilah. Untuk setia mengejarnya. Untuk selalu bertahan meski semuanya terasa sesak. Untuk selalu tersenyum kepada mereka dan mengatakan "aku baik-baik saja". Selalu ada jalan untuk kita. Selalu ada cerita dibalik peristiwa.
Teman, merekalah salah satu sumber nafasku. Yang membuatku masih bertahan dengan hati biru.
Teman, terimakasih atas ucapmu, senyuman itu, tawa itu, percakapan kecil itu dan cinta itu. Semuanya masuk kedalam lubuk hatiku yang terdalam.
Teman, tunggu aku disana. Bersiaplah untuk menghadapi hari esok. Meski jarak memisahkan, biar hati ini yang jadi saksi kisah bisu kita.
Terimakasih untuk segalanya. Terimakasih untuk terus memberikan warna. Suatu hari nanti, kita bertemu kembali dengan apa yang kita miliki, dengan mimpi-mimpi kita.
Jakarta, 20 Agustus 2013
21:42
Silmy Kaaffah
Aku harus kembali percaya pada Tuhanku yang telah memilihku untuk tetap hidup dan meneruskan perjalananku meski pahit. Dia menginginkan aku lebih banyak belajar. Belajar kehidupan. Belajar tentang sakitnya rasa. Belajar percaya.
Kemarin hari, saat rasa sakit ini tak mampu ku bendung aku merobek seluruh mimpiku di kamar. Aku menangis sesal. Mengapa takdirku begitu berat? Mengapa semua berlalu begitu sulit? Aku hilang rasa. Apa segitu bodohnya aku? Ah Tuhan, mengapa?
Sesaat hariku masih beku. Lalu ku lihat hp, banyak.. Banyak sekali kata semangat yang ku simpan. Kubaca saat aku mulai merasa terluka. Namun mengapa hari itu tak terasa menyegarkan? Tak berguna, mereka tak mengerti. Aih, aku merasa sendiri.
Namun semakin hari berjalan panjang, semakin ku buka mataku, semakin ku telisik diri ini lebih dalam, sebenarnya apa yang ku cari? Apa sekedar lulus menjadi mahasiswi? Bukan begitu harusnya.
Kembali ku lihat layar hp, mereka dengan senyum-senyum mereka.. Ku lapangkan dadaku lebih dalam. Ku tatap mata-mata di layar kaca itu. Mereka berjuang bersamaku dahulu, belajar bersamaku, tapi mereka berlari lebih dahulu. Mereka berlari sambil menarik tanganku, namun aku tak mau. Aku justru terdiam memandangi kata "maaf" di tiap pengumuman itu. Tapi mereka terus berusaha menarikku, memanggil namaku untuk segera menyusul mereka.
Ya, suatu hal yang tak dapat ku pungkiri adalah mereka menunggu, menungguku di garis finish sambil meneriakkan namaku. Tugasku tinggal berlari mengejar mereka. Tugasku bukan lagi meratapi kata "maaf" itu. Sesungguhnya bukan untuk itu. Namun untuk sesuatu hal yang lebih besar, aku akan mencapai garis finish dengan caraku, dengan teriakkan mereka, dengan senyuman mereka.
Mungkin akan terlambat, tapi siapa yang tau di perlombaan berikutnya siapa yang akan menang. Siapa yang tahu suatu hari nanti saat kita bertemu kembali sudah jadi apa kita.
Maka malam ini, berjanjilah pada dirimu sendiri untuk tetap mengangkat kepala, menatap kedepan dengan senyum. Dengan semangat yang membara. Dengan kicauan mimpi indah yang tiada habisnya. Dengan usaha maksimal hingga tubuh ini tak sanggup lagi menahan bebannya.
Maka berjanjilah. Untuk setia mengejarnya. Untuk selalu bertahan meski semuanya terasa sesak. Untuk selalu tersenyum kepada mereka dan mengatakan "aku baik-baik saja". Selalu ada jalan untuk kita. Selalu ada cerita dibalik peristiwa.
Teman, merekalah salah satu sumber nafasku. Yang membuatku masih bertahan dengan hati biru.
Teman, terimakasih atas ucapmu, senyuman itu, tawa itu, percakapan kecil itu dan cinta itu. Semuanya masuk kedalam lubuk hatiku yang terdalam.
Teman, tunggu aku disana. Bersiaplah untuk menghadapi hari esok. Meski jarak memisahkan, biar hati ini yang jadi saksi kisah bisu kita.
Terimakasih untuk segalanya. Terimakasih untuk terus memberikan warna. Suatu hari nanti, kita bertemu kembali dengan apa yang kita miliki, dengan mimpi-mimpi kita.
Jakarta, 20 Agustus 2013
21:42
Silmy Kaaffah
emang kita menikmati proses mi, tapi yg perlu kamu tau, org2 yg gatau/gangerti proses yg kamu jalani mereka cuma liat hasil aja, ga peduli jungkir baliknya kamu dalam prosesnya. Jadi, ditunggu hasilnya ya mi :)
ReplyDeleteIyaaa, kembali kita yang memperjuangkan nasib kita sendiri, mereka hanya menyokong. Tapi itu sudah lebih dari cukup.
ReplyDeleteBtw ini siapa? Kaga pake nama._.
Kadang kata-kata semangat yang berusaha memotivasi malah membuat kita jenuh...
ReplyDeleteKadang Usaha-Usaha yang kita lakukan demi meraih cita-cita hanya menghasilkan peluh...
Dan kadang impian dan cita-cita yang dulu terlihat jernih bisa berubah menjadi keruh..
Tapi...
Semua takkan sia-sia..
Semua akan menjadi lebih indah..
Semua dukungan itu membuat mu mewujudkannya..
Jika..
Kau tak tidak menyerah..
Kau dengan konstan terus berusaha..
Kau terus percaya.. padaNya