Monday, August 17, 2015

Satu Bulan Kebelakang

Halo, Assalamualaikum.wr.wb

Lama tak bersua, terakhir ngepos tentang embah. Dan hari ini ternyata embah masih harus dirawat di rumah sakit, hampir sebulan. Karena menulis salah satu cara untuk melepaskan derap hati, menulis sebuah cara menyalurkan rasa, menulis adalah cara berbagi kebahagiaan atau kegelisahan, dengan sekadar menulis, boleh jadi aku kembali belajar bahwa ada banyak hal yang telah aku lalui.

Sebulan ke belakang, aku sedang sibuk mengurus dua acara sekaligus. sok-sok gaya begitulah, ada FRONTIER dan OKK. Kebetulannya dapet job yang sama, sama-sama PJ Seminar.  Hari seminarnya cuma beda sehari, ngeri-ngeri sedap coy. Jadi, ada Gathering Maba 1 hari Jumat 8 Agustus 2015 dan esok harinya, Sabtu 9 Agustus 2015 ada seminar Epidemi Tembakau. Lebih wownya lagi momen ini H-beberapa hari menjelang UAS semester pendek:")

Seru sih. Meskipun dari bulan-bulan sebelumya ga tenang karena pembicara ga ngasih kepastian, TOR belum kelar, fixasi tanggal belum jadi dan momen liburan yang hancur berantakan karena sederet kegiatan ini.
Ga kurang dari  10 hari pasca lebaran udah berkutat bolak-balik kampus buat ngurus ini itu. Bye bye jalan-jalan sama temen, jadi wacana semua deh wkwk.
Disini for the first time ngubungin professor secara langsung, email-emailan langsung loh~ sama Prof Ascobat Gani, salah satu orang yang jiwa kesmasnya luar biasa banget, udah keliling indonesia buat nyari tau akar masalah kesehatan di Indonesia, nerbitin buku pula. Iya, meski cuma jadi korban PHP karena dia membatalkan menjadi pembicara OKK H-satu minggu. Aku sudah bahagia dipanggil dear sama beliau~~

Kalau seminar Epidemi tembakau, hal yang unforgetable adalah waktu ketemu Bu Widyastuti Soerjo, salah satu pemrakarsa adanya gambar seram yang cukup besar di bungkus rokok. Beliau merupakan salah satu pengurus IAKMI (Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia). Orangnya zuper baik, kita yang masih receh ini sangat dihargai sama beliau, waktu minta tolong revisi TORnya wuih, detil abis. Mana suka senyum lagi, Dan dia sudah biasa mengampanyekan dan menjabarkan kebobrokan rokok di Indonesia. Aih Si Ibu, semoga kelak bisa menjadi orang yang bermnafaat macem Ibu Tuti:)

Ya, dan segala macam hal teknis yang gitu deh. Kecil tapi bikin puyeng. Bolak-balik backstage-operator. Tapi banyak banget hal yang bisa diambil. Mulai dari ilmu-ilmu pas seminar, bagaimana cara memperlakukan undangan, mempersiapkan cv dan materi pembicara dsb.
Terimakasih kepada Lala dan Ditha yang telah memberiku kesempatan ngurusin seminar nasional yang gils banget ini.
Terimakasih kepada Kak Shenna yang telah memberi kesempatan mengurus seminar Proud to be Public Health serta anak-anakku di seminar, Putri, Apria dan Retno. Yeyy. Semangat geng, ini baru satu seminar. Masih ada delapan lagii haha.

Mengurus dua hal diatas sesungguhnya sangat memakan waktu. Berangkat pagi sekali dan pulang malam sekali, bahkan beberapa malam aku tidak pulang. Resiko mungkin ya, namun tetap saja batinku berteriak, ada rasa yang berbeda. Di rumah, kini dua adikku besar sendiri. Terkadang, aku merasa bersalah ketika sampai rumah mereka sudah tidur. Rumah sepi setelah beberapa minggu yang lalu ramai oleh celotehan kami berlima. Kami sudah kembali ke habitat masing-masing. Nida di Solo, Abdan di serpong dan aku di depok. Huury berkata "Sebenenya Uli gamau ngizinin tuh Ka nida sama bang adan pulang. Ka Silmy juga jangan balik ke IQF dong. Nanti Uli cuma berdua kakak Oi. Ummi masih dirumah sakit. Kan Uli sedih besok-besok pas masuk sekolah.." 
Aih, hati kakak mana yang ga teriris dibilang kaya gitu. Sayang banget sama Huury, tapi mau bagaimana lagi?
Ya, jadi sekali-sekali ketika senggang aku ajak dia ngobrol, bermain, jajan, ngocol-ngocolan sambil memasukkan nilai-nilai ke dia. Cuma itu yang bisa Ka silmy kasih buat kamu untuk saat ini sayang. Akan Ka silmy usahakan selalu ada buat kamu. Maaf yaa kalo ka silmy belum jadi kakak yang baik buat uli:"""

Di tempat yang berbeda, di sebuah kamar di lantai 7 Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Ummi sedang menjaga embah Kakung. Hampir sebulan rupanya. Pasca operasi di awal bulan lalu, ternyata penyakit lain mulai menampakkan taringnya. Paru-paru embah yang mantan perokok, harus dirawat, maka datanglah dokter spesialis paru-paru. Lalu, ada juga dokter dari Rehabilitasi medik, membantu embah untuk menerapi kakinya agar bisa duduk dan harapannya bisa berjalan lagi, namun embahnya enggan. Datang pula dokter psikiatrik, yang bertanya kondisi kejiwaan embah, terkadang embah sudah ngaco ngomongnya. Dari geriatrik, karena embah udah tua katanya. Ada lagi dokter penyakit dalam, memeriksa tiap bagian yang sakit. Juga dokter bedah plastik, tiduran terus menerus membuat bokong embah luka, cukup besar lukanya sehingga harus diberi perawatan.

Ya Rabb, Cipto itu rumah sakit yang keren banget ya. Lengkap banget, plus-plus. Tapi sebaik-baiknya rumah sakit, selalu ada luka di dalamnya. Muncul berbagai pertanyaan, "Kenapa embah jadi kemana-mana sakitnya? kenapa sampe banyak banget dokter yang nanganin? kapan sembuhnya ya Allah? Kasian embah."
Ummi juga, sudah seminggu kebelakang ummi merawat embah sendiri, pakde yugo harus kembali ke semarang untuk mengurus pekerjaannya. Aku.... sesungguhnya ga tega ngeliat ummi full disana. Ada kekhawatiran lain menerpa. Ditambah, kondisi fisik embah yang serba ngga nyaman menuntut penjaganya untuk mau disuruh-suruh. Untuk beberapa waktu, aku sempat menjaga embah. aku gabisa ngelakuin apa-apa selain stay didepan kasurnya. Entah minta digeser setiap satu menit sekali, minta dinaikin agak keatas, minta digarukin, dipakein balsem, makan, minum dsb. Aku aja lelah, gimana ummi? Ya Allah, kuatkanlah ummiku.

Pada akhirnya aku belajar tentang kesabaran.
Terkadang, ada hal yang membuat kita tidak dapat memilih.
Ada hal yang memaksa kita untuk tetap melakukan sesuatu yang kurang nyaman menurut kita
Ada hal yang membuat kita harus susah payah melawan nafsu yang berteriak 'berhenti saja'
Ada hal yang  menjadikan kita lemah dan berkali-kali harus mencoba menguatkan diri sendiri

Maka, berulang kali aku berdoa "Ya Allah, semoga yang aku lakukan tidak sia-sia."
Semoga serentetan ujian yang Allah beri ini justru menguatkan langkah-langkah kita kedepannya, membuat segala sesuatunya menjadi lebih barokah. 

Rumah sakit memang tempat yang sungguh tidak nyaman untuk pasien dan keluarganya. Rasanya ingin segera pulang. Namun, apa boleh di kata jika kenyataannya harus tetap disana? belum sembuh.

Kuatkan Ummi ya Allah. Semoga embah bisa segera pulih dan bisa kembali berkumpul di rumah:")
Karena aku rindu rumah yang ramai mi~


Oiyaaa Happy Independent Day!
Sejujurnya selalu menunggu tanggal 17 Agustus setiap tahunnya. Namun entah kenapa 17an tahun ini cuma sebentar keluar lalu mengendap di rumah. Meskipun begitu, tidak mengurangi esensi kemerdekaan buat saya. Karena buat saya, kemerdekaan itu bukan hanya seleberasinya tapi yang jauh lebih penting adalah bagaimana kita mengisinya. Selamat bekerja! Cinta Indonesia apa adanya <3 p="">
Salam sayang,
Silmy Kaaffah

No comments:

Post a Comment