Ah, sudah sangat lama sekali jari ini tidak digunakan untuk menekan keyboard untuk menulis sesuatu yang bermanfaat.
Alangkah sedih sekali nanti pada hari itu ketika jari-jari kita hanya menjawab, “Digunakan untuk login
Facebook, kemudian klik foto-foto yang bukan mahram, setelah itu
posting komentar-komentar yang tidak bermanfaat, ketawa-ketiwi,
bermesraan melalui Facebook message dan Facebook chat dengan seseorang yang belum halal, dan setelah itu sign out!”Izinkan jari-jari ini menyampaikan salah satu wasiat Nabi kita tercinta shalallahu’alaihi wassalam.
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhu berkata, “Saya pernah berada di belakang Nabi saw pada suatu hari, beliau bersabda,
“Hai, Nak! Saya hendak mengajari engkau beberapa kalimat.”
“Jagalah Allah niscaya Allah akan menjagamu!
“Jagalah Allah niscaya engkau akan mendapatkan-Nya di hadapanmu!
“Jika engkau meminta, maka mintalah kepada Allah! Jika engkau minta tolong, mintalah tolong kepada Allah!”
“Ketahuilah walau bersatu seluruh manusia untuk memberikan manfaat kepadamu dengan sesuatu, niscaya tiadalah mereka dapat melakukan itu, kecuali dengan sesuatu yang telah ditentukan Allah.”
“Dan walaupun mereka bersatu untuk mencelakakanmu dengan sesuatu, niscaya tiadalah mereka dapat mencelakakanmu, kecuali dengan sesuatu yang telah ditentukan Allah padamu.”
“Pena telah diangkat dan telah kering tinta lembaran-lembaran itu.”
“Peliharalah selalu ingatan engkau pada Allah, niscaya engkau mendapati-Nya dihadapanmu!”
“Hendaklah engkau mengenal Allah di waktu lapang, Allah akan mengenal engkau di waktu susah!”
“Ketahuilah bahwa apa yang luput darimu tidak akan mengenai engkau! Dan apa yang harus mengenai engkau tidak akan menyimpang dari padamu!”
“Dan ketahuilah, sesungguhnya pertolongan itu selalu bersama kesabaran!”
“Sesungguhnya kesenangan ada beserta kesusahan.”
“Dan kesulitan itu ada bersama kemudahan.”
Saya baru menyadari, begitu banyak kalimat-kalimat yang sering saya dengar dari hadits tersebut, tetapi saya tidak pernah mengetahuinya bahwa itu salah satu hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam Tidmidzi.
Sedih sekali hati ini. Rasanya ilmu dunia yang saya pelajari selama ini tidak saya imbangi dengan ilmu agama. Jauh saya belajar ilmu keteknikan sampai ke Jerman. Begitu rajinnya saya melakukan penelitian di lab tapi enggan sekali nampaknya ikut ajakan Fathan untuk menghadiri taklim di Masjid Berlin setiap akhir pekan.
Beberapa waktu yang lalu saya diskusi dengan seorang saudara saya di Minsk, ibukota Belarusia. Dengan spontan saya menyampaikan sebuah hadits yang terlintas dibenak saya. “Wah, saya belum pernah mendengar hadits itu, Mas!” Jawab saudaraku. “Aku pun baru mendengarnya minggu yang lalu dari Fathan!” Sambungku. Fathan tidak pernah bosan menyampaikan kepadaku tentang ilmu agama walaupun aku seolah tidak mendengarkannya.
Mungkin selama ini kita sangat-sangat jauh dari Allah. Selama ini mungkin kita lebih banyak kufur nikmat. Mungkin kita sering sekali bermaksiat. Aku teringat sebuah pesan dari Ustadz Arief saat aku diajak dengan paksa oleh mama ke pesantrennya di Bandung dua tahun lalu, “Salman, seorang ulama besar Ibnu Athaillah pernah berwasiat,
‘Barangkali Allah telah membukakan pintu ketaatan untukmu, tetapi tidak membukakan untukmu pintu penerimaan. Sebaliknya, barangkali Allah membukakan pintu kemaksiatan untukmu tetapi itu merupakan satu sarana bagimu untuk sampai kepada-Nya. Satu kemaksiatan yang menimbulkan penyesalan dan kerendahan diri lebih baik dari pada ketaatan yang menimbulkan perasaan bangga diri dan takabur.’”
Ah, ingin sekali kembali pada-Nya. Sudah begitu banyak noda di hati ini. Engkau merasakan hal yang samakah, Saudaraku?
Aku juga ingin ke surga! Dan bersama-sama dengan kalian disana! Bersama-sama memeluk Rasulullah! Bersama-sama memandang wajah Allah! Bersama-sama mendapat ridha-Nya!
“Kamu mau kan untuk selalu menasihatiku dalam kebaikan?”
“InsyaAllah, Salman, biidznillah!” Fathan tersenyum dan memelukku erat.
source:http://www.fimadani.com/surat-cinta-dari-berlin/
No comments:
Post a Comment