"Cobaan itu ditampakkan kepada hati layaknya tikar, sepotong demi sepotong. mana hati yang paling banyak masuk ke dalamnya secara utuh, maka disitu akan diberi satu titik hitam"
itulah maknanya hati, jika ia terus dikotori maka akan terus seperti itu apalagi tidak ada usaha untuk memperbaikinya.
dan sepotong kata yang cukup memberikan nuansa berbeda saat saya membacanya
"Sesungguhnya kamu sekalian akan berhasrat mendapatkan kepemimpinan dan hal ini akan menjadi penyesalan di hari kiamat. maka alangkah baiknya yang pertama dan alangkah buruknya yang terakhir,"
sebagai pemimpin ada amanah, tanggungjawab besar atas apa-apa yang dipimpinnya.
setiap orang adalah pemimpin baik dalam jangka kecil maupun sangat besar. minimal seorang memimpin dirinya sendiri. dan dimulai dari diri sendiri itulah seseorang dapat mencakup lebih luas lagi yang dipimpinnya. apabila dalam memimpin dirinya sendiri ia sudah mampu menanggalkan nafsunya, keburukannya maka otomatis perlahan ia bisa menjadi pemimpin bagi orang lain.
berat, tidak mudah namun pada kenyataannya banyak orang-orang yang bersedia menjadi pemimpin, berlomba-lomba mendapatkan kekuasaan. jika dilihat dari sisi fasilitas di Indonesia sendiri pemimpin menjadi ladang mencari kekuasaan, mencari kenyamanan hingga meski banyak permasalahan masih bisa ia duduk nyaman di sofa yang empuk. entah apa sisis di belakangnya, sisi amanah itu terfikirkan oleh mereka? entah..
harusnya, ketika kita sudah ditunjuk sebagai pemimpin apapun, saya memiliki prinsip jika ada sesuatu harus pemimpinlah yang paling lelah, paling banyak kerjanya, paling rendah hati dan paling anti menampakkan kelemahannya. pemimpin adalah sesosok yang kuat, yang bisa mengayomi anak-anaknya bukan justru malah selalu meminta pengertian.
sadar benar setiap orang memiliki kapasitas yang berbeda untuk menjadi pemimpin. kelebihan orang-orangpun berbeda-beda ada yang memiliki kelebihan bisa menyulap rakyat yang dipimpinnya dengan orasinya, namun adapula pemimpin yang lemah lembut namun amat perhatian. ya, tiap orang memiliki cara sendiri-sendiri dalam memimpin namun tak lantas kekurangannya dijadikan ia untuk lari, untuk lari dari amanahnya. memang sulit untuk menyampingkan egoisme, mengilangkan sifat-sifat buruk yang ada.
dan menjadi pemimpin merupakan salah satu dakwah, bagaimana pemimpin menjadi teladan bagi anak-anaknya, mencontohkan hal yang baik, tidak keras, bijaksana, berjalan dengan penuh rasa khusu' dan menghadapi cobaan bersama.
alangkah indahnya bila kita memiliki pemimpin seperti itu, dan alangkah baiknya bila kita belajar menjadi pemimpin seperti itu, wallahu'alam.
No comments:
Post a Comment